Profil

Foto saya
Pangkep, Sul-Sel, Indonesia
"Kepada siapa lagi tugas guru akan diberikan, kalau sang guru sendiri sudah merasa TUA,SAKIT,TIDAK BISA,dan LOYO?"...

Selasa, 28 Desember 2010

Cara Melakukan kajian kritis bo...

Ciri utama program bermutu adalah penggunaan pendekatan Lesson Study, PTK dan Studi Kasus secara terintegrasi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketiga pendekatan ini membutuhkan kajian kritis. Lesson study membutuhkan kajian kritis dalam rangka memperkaya sumber untuk penyelesaian sejumlah permasalahan yang dikemukakan dalam forum diskusi guru. PTK membutuhkan kajian kritis dalam rangka pengembangan kajian teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian. Studi kasus membutuhkan kajian kritis dalam rangka pengembangan permasalahan yang dialami guru dalam pembelajaran. Melalui kajian kritis guru dapat membentangkan perbandingan antara pengalaman yang telah dialaminya dengan pengalaman yang telah dialami oleh orang lain melalui tulisan yang dihasilkannya. Kajian kritis dapat mempertemukan sejumlah gagasan orang yang daripadanya dapat menjadi pijakan dalam penulisan dan penyelesaian kasus yang ditemukan guru.
Dari penguraian di atas jelaslah bahwa kemampuan guru melakukan kajian kritis akan memberikan konstribusi yang besar dalam menyusun proposal dan laporan PTK. Modul suplemen ini dimaksudkan untuk membantu guru secara umum dan guru bahasa Indonesia secara khusus dalam mengembangkan kemampuan membaca dan selanjutnya diharapkan dapat mengasilkan tulisan ilmiah yang akurat dan tepercaya sebagai salah satu kegiatan pengembangan profesi.

Kajian kritis dapat ditinjau dari dua cara, yakni kajian kritis secara teoretis dan kajian kritis terapan. Secara teoretis kajian kritis dapat ditinjau berdasarkan paradigma tertentu dan secara terapan kajian kritis dapat dilakukan untuk tujuan praktis, yakni tujuan pemanfaatan informasi yang ditemukan dalam suatu teks untuk keperluan tertentu.
Kritisisme secara teoretis sudah merupakan satu paradigma tersendiri dalam mengkaji suatu wacana. Paradigma kritisisme dapat diperbandingkan dengan dua paradigma lain dalam meninjau suatu wacana, yaitu paradigma positivisme dan paradigma interpretivisme. Rosidi (2007) mengemukakan bahwa baik paradigma positivisme maupun paradigma interpretivisme tidak peka terhadap proses produksi dan reproduksi makna. Kedua paradigma tersebut mengabaikan kehadiran unsur kekuasaan dan kepentingan dalam setiap praktik berwacana. Karena itu, alih-alih mengkaji ketepatan tata-bahasa menurut tradisi positivisme atau proses penafsiran sebagaimana tradisi interpretivisme, paradigma kritisisme justru memberi bobot lebih besar terhadap pengaruh kehadiran kepentingan dan jejaring kekuasaan dalam proses produksi dan reproduksi makna suatu wacana. Baik sebagai subjek maupun objek praktik wacana, individu tidak terbebas dari kepentingan ideologik dan jejaring kekuasaan.
Sebagai semacam penyegar, alih-alih menyebutnya pembelot, strukturalisme, Teun van Dijk memperlakukan wacana sebagai entitas berstruktur. Karena itu, pendekatan yang ditawarkan pun bertolak dari pencermatan atas tiga tingkatan struktur wacana, yaitu: struktur makro, struktur supra, dan struktur mikro (macrostructure, superstructure, and micro structure). Struktur makro menunjuk pada makna keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema atau topik yang diangkat oleh suatu wacana. Struktur supra menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika, seperti kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan, dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan penutup. Bagian mana yang didahulukan, serta bagian mana yang dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan pembuat wacana.
Kajian kritis yang diuraikan di atas lebih mengarah ke kajian kritis yang bersifat teoretis. Kajian itu berfokus kepada bagaimana mengurai suatu wacana dalam hubungannya dengan wacana itu sendiri dan dalam kaitannya dengan lingkungan penciptaan wacana. Penjelasan kajian kritis yang bersifat terapan dijumpai dalam glosarium BBM bermutu.
Dalam glosarium BBM Generik dikemukakan bahwa kajian kritis merupakan suatu kegiatan membaca, menelaah, menganalisis suatu bacaan/artikel untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data-data pendukung yang mendukung pokok pikiran utama, serta memberikan komentar terhadap isi bacaan secara keseluruhan dari sudut pandang kepentingan pengkaji. Berdasarkan pengertian ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan utama yang dilakukan dalam kajian kritis adalah pemahaman akan makna yang tertuang dalam suatu teks.
Kata kunci yang dijumpai dalam pengertian kajian kritis di atas adalah membaca, menelaah, menganalisis, ide-ide, data pendukung, memberi komentar, dan sudut pandang kepentingan pengkaji. Ada poin utama dari kata kunci ini, yaitu aktifitas kajian, objek kajian, dan kepentingan pengkaji. Aktivitas kajian merupakan prosedur yang dilakukan dalam melakukan pengkajian, objek kajian merupakan isi teks atau wacana yang hendak dikaji, dan kepentingan pengkaji merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh subjek pengkaji. Ketiga hal ini berpilin menjadi satu membangun suatu aktivitas yang disebut dengan kajian kritis.


Beberapa pertimbangan lagi yangdapat dijadikan pijakan dalam pemilihan bahan kajian, yaitu:
• Bahan bacaan untuk rujukan yang memiliki tingkat keilmiahan tinggi meliputi artikel dalam jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan buku teks. Oleh karena itu di dalam merujuk harus diutamakan memilih rujukan dari tiga macam di atas dibandingkan yang lainnya.
• Selain itu diutamakan bahan bacaan artikel yang terbaru (uptodate), minimal 5 tahun terakhir. Untuk buku teks yang sesui masih dimungkin yang terbitan 10 tahun terakhir.
• Jurnal ilmiah juga memiliki tingkatan, mulai dari yang paling tinggi adalah jurnal internasional, jurnal ilmiah yang terakriditasi nasional, kemudian regional dan yang belum terakreditasi.
• Perhatikan kesesuaian antara bahan bacaan yang akan dikaji dan dirujuk dengan kepentingan gagasan yang akan diteliti atau ditulis oleh penelaah.
• Hal-hal yang umumnya diteliti, ditulis menjadi artikel atau makalah oleh para guru atau para peneliti dalam ilmu dan pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain:
- tata kalimat (gramatikal)
- fenomena dialektika
- kesalahan-kesalahan yang umum dalam berbahasa Indonesia
- kesulitan dalam pengajaran bahasa

Langkah-langlah membaca kritis sebagai berikut;
1. Bacalah Judul dan Subjudul
Membaca judul sangat penting karena memberikan gambaran menyeluruh terhadap topik dari artikel atau bab yang akan dibaca, sementara subjudul menyediakan informasi yang lebih spesifik terhadap bahasan dari topik artikel atau bab itu.
2. Bacalah Pendahuluan atau Paragraf Pertama
    Disini Anda bisa memperoleh gagasan yang merupakan titik awal dari persoalan yang dibahas atau 
    dieksplorasi dalam bab berikutnya.
3. Bacalah Heading yang Ditebalkan ( Bila Ada )
    Yang dimaksud dengan heading di sini ialah sebuah kata atau frase atau statmen yang berperan tidak lebih
     sebagai sub-subjudul. Heading merupakan inti dari bahasan dalam satu atau dua paragraf di bawahnya.
4. Bacalah Kalimat Pertama tepat di bawah Heading
    Umumnya penulis menempatkan ide pokok bahasan sebuah paragraf di kalimat pertama.
5. Perhatikan Aneka Peranti Penulisan yang Mencolok lainnya
    Biasanya dalam pembahasan sebuah paragraf, bab, atau teks terdapat sejumlah kata atau pernyataan yang
    ditebalkan, dimiringkan, ataupun digarisbawahi. Kalau menemukan hal demikian, alangkah baiknya juga
    Anda perhatikan, kerena kata itu mempunyai peran penting.
6. Bacalah Paragraf Terakhir atau Kesimpulan
    Kesimpulan, penutup, rangkuman, ataupun paragraf terakhir sebuah tulisan menyediakan pokok pikiran
    sekaligus kata-kata kunci dari pembahasan sebelumnya.

SELAMAT MENYUSUN...ATAU PUSING!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar