Profil

Foto saya
Pangkep, Sul-Sel, Indonesia
"Kepada siapa lagi tugas guru akan diberikan, kalau sang guru sendiri sudah merasa TUA,SAKIT,TIDAK BISA,dan LOYO?"...

Senin, 29 November 2010

modul Jafar BBM Bermutu

PERTEMUAN I



Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013
PENDAHULUAN
A. Pejelasan Umum Tentang Program Bermutu
Program Belajar BERMUTU yang dilengkapi dengan seperangkat Bahan Belajar Mandiri BERMUTU merupakan program untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran yang dilaksanakan melalui kelompok kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas. Program Belajar BERMUTU dilaksanakan di 76 kabupaten/kota di Indonesia, dengan harapan bahwa pada akhirnya program ini dapat menjadi model pengembangan profesional yang sistematis bagi KKG di seluruh Indonesia.
Ada dua Bahan Belajar Mandiri BERMUTU yang dapat digunakan dalam Program Belajar BERMUTU, yaitu Bahan Belajar Mandiri Bidang Ilmu untuk guru SD, serta Bahan Belajar Mandiri Manajemen untuk kepala sekolah dan pengawas. Program Belajar BERMUTU menawarkan pendekatan inovatif dalam pelatihan guru. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa kunci peningkatan kinerja yang menyeluruh dan berkelanjutan tergantung pada kapasitas dan motivas guru untuk meningkatkan kemampuannya. Program Belajar BERMUTU membekali guru dengan keterampilan dan strategi belajar yang berkelanjutan berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan dari berbagai sumber yang tersedia di lingkungan mereka.
Buku bahan bacaan ini sebagai bahagian dari paket pelatihan ditulis untuk digunakan dalam pelatihan anggota (training of membre) di tingkat gugus. Dengan bahan bacaan ini, diharapkan agar pserta yang berada di gugus depan (yang melakukan pelatihan) memiliki keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan program Belajar BERMUTU di tingkat KKG. Para peserta (anggota) diharapkan setidaknya memiliki kesamaan persepsi dan keterampilan tentang bahan Belajar BERMUTU. Paket ini difokuskan pada 2 aspek:
1. Orientasi/pengenalan keseluruhan Bahan Belajar Mandiri BERMUTU/Bidang Ilmu
2. Keterampilan khusus yang diperlukan peserta (anggota) sehingga mereka mampu mengambil langkah strategis guna peningkatan proses dan pengelolaan pembelajaran dalam Paket Pembelajar-an BERMUTU.
Bahan bacaan pelatihan ini menyatukan beragam aspek praktek fasilitasi yang yang telah tersebar di Indonesia, terutama fasilitasi bagi guru dalam pembelajaran aktif. Fasilitasi partisipatif yang menghargai pengalaman praktisi di lapangan merupakan prinsip di balik rancangan kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dan latihan–latihan seperti penulisan jurnal serta ulasan tim di akhir pelatihan setiap harinya diadopsi dari program-program pelatihan guru yang telah berhasil dilaksanakan di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu strategi yang dipilih untuk membangun kelompok peserta (anggota) KKG yang handal dalam Program Belajar BERMUTU, yang diharapkan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
a. Tujuan
Program Belajar BERMUTU memiliki 3 tujuan utama, yaitu:
1) meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
2) memberikan kontribusi pada upaya peningkatan kualifikasi peserta melalui pemberian angka kredit kepada yang berhasil menyelesaikan program ini.
3) memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sistem pengembangan tenaga profesional program kelompok kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas yang sistematis dan berkelanjutan.
b. Bahan Belajar Mandiri Bidang Ilmu
Bahan Belajar Mandiri Bidang Ilmu akan meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru dalam pembelajaran bidang ilmu secara profesional, serta diarahkan untuk mencapai peningkatan keterampilan guru dalam:
1) melakukan kajian sistematis terhadap proses belajar mengajar dari beberapa aspek, yaitu aspek kurikulum, aspek bidang ilmu, dan aspek praktek mengajar;
2) merancang tindakan perbaikan secara cermat dan sistematis;
3) melaksanakan tindakan perbaikan, dan
4) melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan,
menganalisis dampak perbaikan yang dijalankan, serta merangkum hasil-nya
untuk menjadi acuan untuk proses belajar mengajar berikutnya.
c. Struktur Paket
Bahan Belajar Mandiri Bidang Ilmu terdiri atas beberapa komponen:
1) Bahan Belajar Mandiri Generik yang memperkenalkan strategi belajar yang diutamakan dalam Bahan Belajar Mandiri Bidang Ilmu
2) Bahan Belajar Mandiri Bidang Studi per jenjang (4 mata pelajaran per SD Kelas Tinggi dan satu-tematik-untuk Kelas Awal)
3) Bahan Belajar Mandiri TIK (ICT) dalam pembelajaran
4) Halaman (Website) Cakrawala guru sebagai media penyimpan (repository) sumber belajar pendukung dan fasilitas interaksi.
5) Bahan belajar mandiri pengelolaan program belajar BERMUTU, yang ditujukan bagi Dinas setempat dan pengurus program BERMUTU di tingkat KKG.
Bahan belajar mandiri generik mengembangkan tiga jenis strategi yang terfokus pada peningkatan kompetensi guru dalam mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan mengajar, serta pengembangan kompetensi guru untuk menggunakan strategi tersebut. Ketiga strategi tersebut sebagai berikut:
a) Menggunakan dan menuliskan studi kasus pribadi sebagai catatan
pengalaman mengajar;
b) Menggunakan beberapa strategi dalam Studi Pelajaran (Lesson Study), terutama pengamatan dan pemodelan pembelajaran di kelas terbuka, refleksi kelompok dan perencanaan, serta pengembangan dan evaluasi pembelajaran secara terbuka bersama kelompok sejawat
c) Menggunakan keterampilan PTK guna meningkat-kan pembelajaran.
Bahan belajar mandiri program BERMUTU bertujuan memantapkan pengetahuan, dan kapasitas guru dalam mengembangkan kurikulum, dan praktik mengajar. Tiap-tiap aspek digali melalui keterampilan yang dipelajari dalam bahan belajar mandiri penelitian tindakan kelas yang bersifat generik, tetapi diterapkan secara khusus pada bidang ilmu tertentu. bahan belajar mandiri TIK dalam pembelajaran menyediakan strategi pengembangan kompetensi dasar komputer yang relevan bagi para guru, meliputi: dasar pengolah kata, dasar lembar sebar untuk merekam kemajuan para siswa, dan penggunaan internet untuk pencarian informasi.
d. Model Belajar BERMUTU
Para guru menggunakan Bahan Belajar Mandiri BERMUTU secara kolaboratif di dalam pertemuan KKG. Di dalam pertemuan tersebut terjadi pembelajaran sesama/sejawat yang dipandu oleh guru pemandu. Sesi tatap muka dari bahan belajar mandiri dirancang berdasarkan asumsi bahwa pertemuan KKG biasanya berlangsung selama 4 jam untuk setiap pertemuan.
Bahan bacaan mandiri BERMUTU ditujukan bagi guru peserta (anggota) yang mengikuti proses pembelajaran dalam Program Belajar BERMUTU yang diselenggarakan di tingkat KKG agar dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri untuk memeriksa kembali hal-hal yang telah mereka pelajari dalam sesi tatap muka; untuk mengerjakan tugas-tugas yang terdapat di dalam paket; dan untuk menggunakan bahan-bahan yang terdapat di dalamnya sebagai sumber belajar dalam meningkatkan cara mereka mengajar.
Kegiatan tatap muka di KKG kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan pembelajaran terstruktur (Tugas Terstruktur) dan kegiatan pembelajaran mandiri (Tugas Mandiri). Dalam Tugas Terstruktur setiap peserta pelatihan (guru) berlatih untuk menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dari pelatihan di dalam kelas atau sekolah masing-masing. Hasil tugas terstruktur dari masing-masing peserta akan menjadi dasar untuk belajar pada pertemuan KKG berikutnya. Tugas mandiri dimaksudkan untuk memantapkan, memperluas, dan memperdalam pemahaman guru. Tugas mandiri dilaksanakan pada setiap tahap kegiatan. Uraian tugas terstruktur dan mandiri terdapat di dalam setiap Bahan Belajar Mandiri. Guru yang menyelesaikan Bahan Belajar Mandiri BERMUTU akan menghasilkan portofolio belajar yang minimal terdiri dari satu rancangan atau proposal PTK, satu laporan PTK, dan 3 buah hasil kajian kritis bidang ilmu.
e. Kerjasama dengan LPTK
Program Pembelajaran BERMUTU dirancang untuk membantu peningkatan kualifikasi para guru. Sesuai dengan Undang-Undang No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, kesempatan pengakuan hasil belajar sebelumnya (PHBS/Recognition of Prior Learning) dikembangkan melalui program studi yang sesuai dengan kegiatan pengembangan profesional KKG dan MGMP. Bahan Belajar Mandiri PHBS telah dikembangkan agar para guru dapat memperoleh pengakuan angka kredit dari hasil belajar mereka dalam Program Belajar BERMUTU di KKG dan MGMP.
Perhitungan jumlah jam tatap muka dan jumlah jam tugas belajar mandiri didasarkan pada jumlah jam yang diwajibkan pada alokasi SKS. Selain itu, LPTK berpartisipasi dalam pembimbingan yang diberikan kepada guru khususnya dalam aspek pelatihan keterampilan PTK. Guna memenuhi persyaratan penjaminan mutu untuk pengakuan angka kredit guru oleh LPTK, dosen LPTK diharapkan memberikan pembimbingan setidaknya dua kali dalam 16 (enam belas) kali pertemuan yang dirancang. Sangat direkomendasikan agar dosen LPTK dapat mengikuti dan menyelia beberapa titik dalam proses PTK, untuk membantu para guru menganalisis temuan mereka. Para dosen juga akan menjadi asesor portofolio guru di LPTKnya masing-masing.
f. Jadwal Program BERMUTU
Setiap bahan belajar mandiri BERMUTU memiliki bobot untuk dipelajari selama 16 kali dalam waktu 1 semester sampai satu tahun. Namun proses pertemuan di KKG diatur untuk mengakomodasikan peserta mempelajari beberapa bahan belajar mandiri selama 16 kali pertemuan, sehingga diperoleh pola pertemuan sebagai berikut.




PROGRAM BELAJAR MANDIRI dan BIDANG STUDI
No Kajian Materi Belajar Pelaksanaan
16 x pertemuan dalam waktu 1 tahun
September Oktober November Desember Januari
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
In-Service Pengenalan Program Bermutu,Model metode dan media pembelajaran, KTSP, TIK dan Materi On-Line, Pembentukan Karakter Guru dan Siswa,Kuesioner Evaluasi Diri, Evaluasi Kinerja guru, Kegiatan lain yang diperlukan unntuk meningkatkan kompetensi
1 On-Service Pendahuluan (Pendalaman Model pembelajaran dan pendekatan BERMUTU)
2 Generik Identifikasi Masalah
3 Perencanaan Tindakan
4 Pelaksanaan Tindakan
5 Analisis dan Interpretasi
6 Refleksi dan Tindak Lanjut
7 TIK/ICT Keterampilan TIK/ICT 1 & 2
8
9 Bidang Ilmu Identifikasi Masalah
10 Perencanaan Tindakan
11 Penyusunan Proposal
12 Pelaksanaan Tindakan
13 Analisis dan Interpretasi
14 Refleksi dan Perencanaan Siklus 2
15 Laporan Penyusunan Laporan
16

B. Pendekatan/Model Belajar Program Bermutu
Tujuan umum dari Program BERMUTU adalah meningkatkan kualitas pendidikan melalui perbaikan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa pendekatan. Pendekatan yang dimaksud meliputi PTK, Lesson Study dan Case Study. Selain itu dalam pelaksanaan kegiatan belajar Model BERMUTU juga memperhatikan hal-hal berikut.
• Proses belajar dilakukan secara tatap muka dengan pemandu di KKG/MGMP selama minimal 16 kali pertemuan, dengan disertai pemberian tugas terstruktur dan mandiri.
• Dirancang untuk menggunakan semua paket pembelajaran yang sudah ada dan sudah dikembangkan oleh Pemerintah maupun Lembaga Donor (Lesson Study approach, CLCC, DBE2, NTTPEP, MBE, UT, HYLITE, dll.) secara terintegrasi untuk meningkatkan kompetensi guru.
• Diwadahi oleh website sebagai tempat repositori (menyimpan) materi berbentuk digital dan forum diskusi virtual antar guru, dan dengan tutor/pemandu.

PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Classroom Action Research (CAR)
1. PTK Untuk Guru
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian reflektif yang bersiklus (berdaur), yang dilakukan oleh guru atau dosen dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Tujuan penelitian tindakan kelas antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan yang diemban guru.
b. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan pendidik (guru dan dosen), dengan memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
c. Meningkatkan kolaborasi antara guru dan guru, guru dan dosen, guru dan widyaiswara dalam memecahkan masalah pembelajaran.

Adapun ciri pokok dari PTK, sebagai berikut:

1). Inkuiri Reflektif
Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan murid atau oleh dosen dan mahasiswa. Jadi, kegiatan penelitian didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi. Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Namun, tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praksis secara langsung, di sini dan sekarang. Penelitian tindakan kelas dapat disebut sebagai suatu inkuiri reflektif (self-reflective inquiry).
2). Kolaboratif
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru/dosen, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat ‘basa basi’, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian.
3). Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan dalam memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya. Ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
a) Tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, dosen dan guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
b) Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection).
c) Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung.
d) Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan guru. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
e) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh.
f) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran sistem atau lembaga, yang akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
g) Secara ringkas PTK dimulai dari tahap perencanaan setelah ditemukannya masalah dalam pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Masalah pembelajaran dapat ditemukan melalui observasi dan atau refleksi awal terhadap pembelajaran. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


















Gambar: 1 Tahapan dan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
(Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005)
Tentang jumlah siklus dalam PTK ada beberapa pendapat atau aliran yang berbeda. Hal ini ditentukan oleh orientasi akhir yang berbeda. Salah satu pendapat menyatakan bahwa jika setelah dilakukan satu kali siklus PTK (Perencanaan  Tindakan  Observasi  Refleksi) dan telah terjadi perbaikan pembelajaran, atau tujuan yang ditetapkan tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus kedua. Pendapat yang kedua menetapkan jumlah siklus PTK di awal perencanaan penelitian. Pendapat yang kedua ini berorientasi pada peningkatan hasil atau perbaikan pada setiap siklus.
Bagaimana dengan PTK Model BERMUTU? Dalam PTK model BERMUTU tidak mempermasalahkan jumlah siklus. Yang perlu menjadi perhatian adalah PTK yang dilatihkan dalam Model BERMUTU lebih diperankan sebagai alat untuk memperbaiki pembelajaran secara praktis, sebagaimana hakiki dari PTK. Di dalam pelaksanaan PTK Model BERMUTU memanfaatkan teknik-teknik Lesson Study dan Case Study untuk memperkaya variasi proses dan memaksimalkan hasilnya. Hal ini dilakukan mengingat selama ini banyak guru pada tataran pendidikan dasar kesulitan melakukan PTK karena tuntutan untuk memenuhi prasyarat dan ketentuan ilmiah dari sebuah penelitian.

2. Lesson Study (plan, open class dan observasi)
Konsep Dan Prinsip Lesson Study
Istilah Lesson Study lahir dalam sistem pendidikan di Jepang dari bahasa Jepang Jugyokenkyu. Cikal bakal kegiatan semacam ini mulai dilakukan di Jepang pada era Tahun 1870-an. Akhirnya kini Lesson Study berkembang dengan berbagai variasinya di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, Lesson Study baru dikenalkan oleh para ahli pendidikan Jepang pada sekitar Tahun 2004/2005 melalui Program Kerjasama Teknis dengan JICA.
Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui peng¬kajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Jadi Lesson Study bukanlah metode atau model pembelajaran untuk siswa, melainkan sebuah cara atau sistem untuk mengembangkan kemampuan guru secara kolaboratif guna memperbaiki kualitas pembelajaran/pendidikan.
Lesson Study yang berkembang dan dilaksanakan di Indonesia ada tiga tahap, yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan.






Gambar 2
Daur Lesson Study yang Terorientasi pada Praktik (Saito, et.al 2005)
Ketiga tahapan Lesson Study ini ada kesesuaian dengan tahapan PTK. Oleh karena itu jika tahapan Lesson Study ini digabungkan atau diadopsi dalam pelaksanaan tahapan PTK maka dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal. Awalnya ketika diperkenalkan di Indonesia , Lesson Study dilaksanakan oleh guru-guru di MGMP MIPA di SMP dan di SMA. Selain diterapkan di MGMP, kini Lesson Study juga dilaksanakan oleh guru-guru di suatu sekolah atau yang kenal dengan istilah Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).
Mengapa Lesson Study yang dipilih sebagai salah satu alternatif? Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena: a) pengembangan Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru; b) penekanan mendasar suatu Lesson Study adalah para siswa memiliki kualitas belajar; c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; d) berdasarkan pengalaman riil di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran; dan e) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
Selain itu Lesson Study yang didisain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan Lesson Study para guru dapat: a) menentukan tujuan pelajaran (lesson), satuan (unit) pelajaran, metode pelajaran yang efektif; b) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; c) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; d) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa; e) merencanakan pembe¬la¬jaran secara kolaboratif; f) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; g) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan h) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakan berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002)
Lesson Study akan dapat dilaksanakan oleh para guru secara kolaboratif dan berkelanjutan di MGMP atau di sekolah jika dilandasi oleh dukungan sebagai berikut.
1) Semangat mengkritik diri sendiri (hansei);
2) Keterbukaan terhadap masukan dari orang lain;
3) Mau mengakui kesalahan, dan mau memakai orang lain; 4) Mau memberi masukan yang jujur dan penuh respek.

3. Case Study (Studi Kasus)
Case Study atau studi kasus adalah rangkuman pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang guru/dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka melaksanakan pembelajaran.
Melalui pengkajian Case Study dalam pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri (self evaluation), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas. Case Study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelajaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika.
Beberapa Manfaat Case Study
a. Sebagai evaluasi diri (self evaluation) bagi guru untuk dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas.
b. Sebagai pembuka wawasan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagamana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.
c. Guru dan mahasiswa calon guru dapat belajar dari kegagalan orang lain (guru penulis Case Study).
d. Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman penulis Case Study.
Beberapa Cara Mengembangkan Case Study
1) Seorang guru menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu permasalahan menarik yang muncul saat pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik tertentu. Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
2) Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak terlupakan.
3) Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar-komentar guru lain (guru mitra) yang ikut mengamati proses pembelajaran.

Contoh Case Study/Studi Kasus 1 (Bahasa Indonesia)
Mendengar Berita
Oleh :Muhammad Jafar
Rabu, 23 Januari 2008, saya mengajar pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI. Selain di kelas VI, saya juga mengajar Bahasa Indonesia di kelas V. Di kelas VI, saya dipercayakan sebagai wali kelas. Siswa kelas VI berjumlah 28 orang dengan rincian: 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sebagai wali kelas, yang tentunya dalam banyak hal saya memiliki kedekatan dengan mereka, saya berkesimpulan bahwa dalam konteks pembelajaran di kelas, hampir semua siswa kelas VI ini cenderung pendiam. Ketika dihadapkan pada kondisi menja-wab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan, mereka cenderung menunjukkan sikap enggan dan malu.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang pendidikan terdiri atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan mendengarkan/menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Rabu, 23 Januari 2008, jam I, saya mengajar Bahasa Indonesia dengan Standar Kompetensi aspek mendengarkan, yaitu memahami wacana lisan tentang berita dan drama pendek, dan Kompetensi Dasarnya adalah menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Tujuan pembelajarannya adalah anak dapat menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Dalam pembelajaran tersebut, saya menerapkan metode pembelajaran kerja kelompok.
Kegiatan awal yang saya lakukan adalah menanyakan kepada anak tentang, “Pernahkah kamu mendengar berita di televisi atau radio?” Siswa menjawab “Pernah, Pak!” “Nah, Anak-anak! Berita-berita yang kalian lihat dan dengar melalui televisi dan radio itu tentunya dapat kalian sampaikan lagi kepada orang lain, bukan?”
Selanjutnya, saya membagikan teks bacaan berita aktual kepada setiap kelompok. (semua siswa di kelas itu sudah dibagi menjadi lima kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan pada awal tahun pelajaran dan bersifat permanen. Artinya, kelompok-kelompok ini bersifat tetap selama duduk di kelas VI). Saya meminta salah seorang siswa membacakan teks tersebut dan siswa yang lain mendengarkannya.
Setelah itu, saya memberikan penjelasan kepada anak-anak bagaimana caranya kita menyimpulkan/mencatat pokok-pokok isi berita yang kita dengar di televisi dan radio. Setelah kita mendengar isi teks bacaan tersebut, yang harus kita lakukan adalah menyusun dulu beberapa pertanyaan, yaitu:
• Siapa yang diceritakan dalam berita tersebut?
• Apa yang mereka temukan?
• Di mana kejadian itu terjadi?
• Kapan kejadian itu terjadi?
• Apa yang dilakukan terhadap temuan itu?
Setelah memberikan penjelasan, saya memperhatikan wajah anak-anak. Dalam pandangan saya, anak-anak sepertinya sudah memahami penjelasan saya. Namun, saya tidak terlalu yakin karena masih terlihat beberapa anak berpura-pura mengambil pulpen untuk segera menulis. Selanjutnya, saya meminta anak-anak bekerja dalam kelompok masing-masing mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Saya memperhatikan anak-anak bekerja dalam kelompok. Teramati oleh saya beberapa orang anak seperti kurang bergairah dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran. Mereka tampak tidak bereaksi serius terhadap teks yang saya bagikan yang menjadi tugas mereka dalam kerja kelompok. Mereka lebih banyak diam dan tidak mempedulikan teks itu. Namun, ada juga beberapa orang anak yang tampak serius mencermati isi teks.
Sebelumnya, pada semester I, pelajaran mendengarkan isi berita sudah pernah diberikan. Akan tetapi, model pembelajaran yang saya terapkan waktu itu berbeda dengan model pembelajaran yang saya terapkan sekarang. Waktu itu, saya hanya meminta anak-anak menjawab soal-soal yang ada pada buku teks. Jawaban ditulis pada buku latihan masing-masing. Saya menyadari bahwa model pembelajaran yang demikian tidak bernuansa PAKEM. Jadi, dalam pembelajaran kali ini saya mencoba melakukan perubahan. Saya melaksanakan pembelajaran dengan membentuk kelompok. Siswa bekerja menyelesaikan tugas dalam bentuk kerja kelompok. Harapan saya, dengan kerja kelompok suasana kelas menjadi tampak lebih hidup. Anak-anak menjadi lebih bersemangat. Akan tetapi, usaha saya itu tidak membuahkan hasil yang maksimal. Suasana kelas tampak kaku dan jauh dari yang saya harapkan. Semua yang saya lakukan tidak mengubah suasana kelas yang kaku itu menjadi hidup. Timbul pertanyaan dalam batin saya, ”Apakah anak-anak bosan?”
Lebih lanjut, saya meminta setiap kelompok mempresentasikan/ membaca-kan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Setiap kelompok yang selesai membacakan hasil kerja kelompoknya, saya berikan tepuk tangan. Saya memperhatikan bahwa hanya beberapa orang anak yang mengikuti saya bertepuk tangan. Sebagian yang lain sepertinya bertepuk tangan pun terlihat enggan.
Pada saat kelompok 5 membacakan hasil kerja kelompoknya, siswa yang oleh kelompoknya ditunjuk sebagai pembaca, secara kebetulan salah dalam membaca teks berita. Akibatnya, dia ditertawakan oleh kelompok lain sehingga suasana kelas menjadi ribut. Saya menenangkan anak-anak agar kembali fokus pada pelajaran dan tidak boleh menertawakan teman yang salah. Saya mengatakan, “Jangan tertawa kalau teman salah membaca ya? Dia pasti tidak sengaja”.
Setelah itu, saya mengatakan kepada semua anak bahwa yang mereka bacakan di depan adalah pokok-pokok isi berita yang didengarnya tadi. Selanjutnya, saya menyuruh anak-anak menyimpulkan pokok-pokok berita tersebut ke dalam beberapa kalimat (menjadi satu alinea) di buku latihannya masing-masing.
Saya merasa puas terhadap pembelajaran hari itu karena tujuan pembelajaran yang saya harapkan tercapai meskipun hanya 90%. Namun, ada ganjalan di hati saya, “Mengapa anak-anak kurang bergairah, padahal saya sudah merancang kegiatan belajar-mengajar agar anak bergairah dalam mengikuti pelajaran.”

Contoh Studi Kasus 2 (IPA)
DAUR AIR
Muhammad Jafar
Saya adalah seorang guru di SD Negeri 3 sambung Jawa dan telah bertugas selama 17 tahun. Pernah mengajar di kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. selama ini saya sering mengajar di kelas 6a. Saya selalu membimbing, memotivasi siswa saya yang mengalami hambatan dalam belajar dan memberikan pengayaan kepada siswa yang memiliki motivasi dan intelegensi yang lebih dari siswa lain untuk memacunya ke arah yang lebih baik dengan harapan agar semua sasaran didik saya dapat mencapai target seperti diharapkan. Saya merasa sangat terbebani dan kecewa apabila setelah proses belajar-mengajar masih terdapat siswa yang belum memenuhi target yang ingin dicapai.
Rabu 23 Januari 2010, saya mengajar IPA di kelas V yang topiknya adalah daur air. Yang saya lakukan selama ini, ketika mengajar IPA, saya selalu menggunakan metode ceramah dan diskusi. Jika ini yang saya lakukan terus menerus, saya yakin pasti siswa saya hanya sekadar memahami, yang bila kita tanya, “Mengerti anak-anak?, Mengerti, Bu!”. Lebih dari itu, saya ingin anak-anak memperoleh gambaran nyata dari apa yang ia pelajari, bukan hanya yang ada di dalam buku. Saya menginginkan mereka dapat memperoleh pengetahuan dari apa yang ia peroleh dari yang dilakukannya sendiri agar pembelajaran itu lebih membekas di benak anak-anak.
Mulailah saya membuka-buka buku paket, lalu menyusun RPP. Saya berusaha mempersiapkan bahan yang akan saya gunakan. Ketika memasuki kelas, saya melihat wajah siswa-siswa yang terpaku melihat saya membawa peralatan yang berupa gelas kimia, jembatan pembakar, lampu spirtus, air, keping kaca, korek api, dan botol air mineral yang berisi benda cair. Saya meletakkan barang-barang itu di meja. Terdengar bisik anak-anak; mereka saling bertanya sesama temannya, “Apa itu yang ibu bawa, apa itu aqua yang ibu bawa?”. Mereka mengira botol air kemasan itu berisi air. Padahal yang terdapat dalam botol tersebut spirtus. Ada beberapa anak yang mendekat ke meja untuk memegang peralatan yang ada di atas meja. “Pak, ini untuk apa?” “Ini adalah spirtus, gelas kimia, dan jembatan pembakar”. Setelah saya menjawab, anak-anak saya suruh duduk kembali dan mereka berdoa sebelum memulai pelajaran.
Saya memberi salam dengan ucapan, “Assalamu’alaikum Wr. Wb”. Anak-anak dengan serempak menjawab salam. Saya juga menanyakan, “Adakah yang tidak hadir hari ini”. Anak-anak menjawab, “Hadir semua, Pak!”. Saya memulai pelajaran dengan menanyakan pada anak-anak, “Pernah tidak kalian mendengarkan lagu ini, lalu saya menyanyi:
Tik...tik...tik...
bunyi hujan di atas genteng
airnya turun tidak terkira
Anak-anak ada yang menjawab, “Pernah Pak, tapi udah lupa”. Saya mengajak siswa untuk menyanyikannya bersama-sama. Kemudian saya bertanya, “Dari nyanyian tadi apa yang turun deras?”. Anak-anak menjawab, “Air hujan, Pak”. Saya menuliskannya di papan tulis jawaban si anak, yaitu air hujan. Kemudian saya bertanya lagi, “Siapa yang tahu bagaimana prosesnya?”. Anak-anak terdiam. Nah, baiklah, anak-anak; biar lebih jelas, hari ini kita akan melakukan praktikum daur air. Adapun kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, seperti yang tercantum pada buku IPA kelas 5 halaman 124 penerbit Erlangga. Adapun tujuan pembelajaran siswa dapat mendeskripsikan proses daur air.
Daur adalah suatu proses yang terjadi secara berulang-ulang. Jadi, daur air adalah sistem peredaran air yang terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang yang dimulai air di permukaan laut atau sungai mengalami penguapan, lalu naik ke angkasa membentuk awan. Karena proses pendinginan berubah membentuk butir-butir air. Nah, untuk itu mari kita buktikan melalui kegiatan percobaan!
Jumlah siswa dalam kelas sebanyak 50 orang; terdiri atas 26 laki-laki dan 24 perempuan. Saya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 7 orang. Ada sedikit kewalahan yang saya rasakan karena kelas tersebut adalah kelas biasa bukan merupakan kelas unggul, dan anak-anak belum terbiasa dengan cara duduk berkelompok. Mereka kesulitan mencari teman kelompok sehingga kelas terasa gaduh dan sedikit bising. Namun, setelah diberi arahan, anak-anak mulai tenang.
Karena semua sudah duduk dalam kelompok yang telah ditentukan, saya meminta sorang anak untuk mewakili kelompoknya tampil ke depan untuk mengambil peralatan praktikum. Ketika mereka kembali ke kelompoknya dengan membawa peralatan percobaan, ada anak-anak yang ingin segera melakukan praktik sebelum ada perintah, dan saya melihat seorang anak yang bernama Genta mencium bau spirtus yang ada dalam lampu spirtus. Setelah semua kelompok mendapat bahan dan peralatan, saya membagi LK yang di dalam LK tersebut berisi alat dan bahan yang digunakan dan cara kerjanya. Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah air, jembatan pembakar, lampu spirtus, gelas kimia, korek api, dan keping kaca.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut.
(1) Panaskan air dalam gelas kimia sampai mendidih.
(2) Setelah mendidih angkat, kemudian letakkan keping kaca di atas permukaan air yang telah mendidih beberapa saat.
(3) Amati apa yang terjadi pada kepingan kaca tersebut.
(4) Jelaskan proses terjadinya butir-butir air tersebut dan buat kesimpulannya!
Sebelum anak bekerja, saya mengingatkan pada anak-anak, “Baiklah anak-anak, coba perhatikan dulu ketika melakukan kerja kelompok; ada hal-hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam melakukan sesuatu kita harus bekerja sama; saling menghargai pendapat teman; tidak boleh saling menyalahkan; bersedia menerima tugas yang telah dibebankan oleh kelompok; dan yang lebih penting adalah dalam melakukan percobaan nanti, anak-anak harus berhati-hati dalam bekerja. Mengerti anak-anak?”. “Nah sekarang, silakan dibaca dulu apa-apa saja yang harus dilakukan. Anak-anak mulai membaca dan melakukan apa yang diperintahkan di dalam LK:
-Panaskan air dalam gelas kimia sampai mendidih!
-Pegang keping kaca di atas permukaan air yang sedang mendidih beberapa saat!
-Amati apa yang terjadi pada kepingan kaca tersebut!
Terlihat di wajah anak-anak ekspresi bahwa mereka senang melakukannya. Saya berkeliling memberikan arahan dan bimbingan. Tiba-tiba saya mendengar salah seorang anak, Nasrullah, berkata, “Saya pernah, Pak memasak air”. “Oh ya, Nak, memangnya bisa?”. “Bisa, Pak”. “Untuk apa, Nak?”. “Untuk membuat kopi, Pak”. Anak mengamati apa yang terjadi pada gelas kimia ketika air dipanaskan. Bagaimana proses terjadinya butir-butir air tersebut?
Berdasarkan hasil percobaan itu anak juga membuat kesimpulan tentang apa yang dilakukan dan yang dilihatnya. Setelah semua kelompok selesai bekerja, saya meminta kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Ini adalah salah satu jawaban dari kelompok V yang tampil.
Saat air mendidih gelembung udara menguap pada kepingan kaca, lalu berubah membentuk menjadi butir-butir air, dan setelah lama jatuh kembali ke dalam gelas kimia.
Jawaban kelompok III adalah
Air mendidih, lalu membentuk gelembung-gelembung udara menguap ke permukaan kepingan kaca, lalu berubah membentuk butir-butir air, dan setelah mengalami pendinginan, air turun kembali ke dalam gelas kimia.
Kesimpulan yang diberikan oleh kelompok III adalah
Proses daur air yang terjadi secara terus menerus dan berulang-ulang.
Saya memberikan aplaus kepada setiap kelompok yang tampil. Setelah semua selesai mempresentasikan, agar siswa lebih memahami konsep tentang daur air, saya membuat perumpamaan kompor dimisalkan sebagai energi panas (sinar matahari), air yang ada dalam gelas kimia sebagai air laut atau air sungai, kepingan kaca sebagai angkasa. Karena mengalami pemanasan, air menguap naik ke angkasa menjadi awan. Lama-kelamaan, karena mengalami proses pendinginan, lalu turun kembali menjadi titik-titik air, yaitu hujan. Jadi, kesimpulannya adalah daur air merupakan sistem peredaran air yag terjadi secara terus menerus.
Karena jam pelajaran telah berakhir, saya menyudahi pembelajaran dengan memberi salam. Saya merasa bahagia karena semua siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Namun, ada yang terlupakan ketika saya menyimpulkan pembelajaran. Saya lupa membuat sket daur air. Selain itu, saya juga tidak melakukan evaluasi dan refleksi terhadap anak tentang pengalaman bejajar yang telah mereka dapatkan hari ini. Akan tetapi, ketika saya akan keluar dari kelas, ada anak yang bertanya pada saya, “Pak, besok ada lagi seperti ini?”. Saya tidak mengerti pertanyaan si anak, apakah ia merasa senang atau tidak. Saya menjawab, “Ada”.
Contoh Studi Kasus 3 (IPS)
“Mengapa Kalian Terdiam”
Oleh: Muhammad Jafar
Pembelajaran IPS sangat membosankan bagi menurut orang yang tidak suka menghafal, karena yang dipelajari dalam mata pelajaran ini adalah sesuatu yang sudah lama (sejarah) dan permasalahan yang selalu berkembang (permasalahan sosial). Namun, sebagai guru peserta kita harus dapat menarik simpati siswa agar mereka dapat termotivasi untuk belajar IPS, yaitu dengan mengadakan pendekatan personal yang baik dan menggunakan berbagai metode yang bervariasi.
Pengalaman saya ketika akan membelajarkan Kompetensi Dasar: Menghargai jasa pahlawan dalam memproklamasikan kemerdekaan, saya merasa kesulitan untuk membelajarkannya karena saya sulit mencari sumber belajar tersebut. Anak-anak hanya dapat membaca dari buku siswa saja. Sumber belajar lain sulit ditemukan di sekolah walaupun sebenarnya di sekolah ada perpustakaan. Namun sayangnya, buku yang ada di perpustakaan sangatlah terbatas sehingga tidak semua tokoh yang ada dalam perumusan proklamasi kemerdekaan tersedia.
Sebelum melakukan pembelajaran Kompetensi dasar: Menghargai jasa pahlawan dalam memproklamasikan kemerdekaan, saya telah membuat persiapan yang sangat maksimal, yaitu menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS, dan sumber belajar pendukung lainnya.
Hari Selasa adalah jadwal saya mengajar IPS di kelas V. Saat istirahat sudah berakhir, bel dibunyikan sebagai tanda untuk masuk kembali. Semua siswa segera berbaris di depan kelas masing-masing dan segera masuk ke dalam kelas. Ketika saya masuk kelas, anak-anak tampak letih sekali. Mungkin mereka tadi memanfaatkan waktu istirahat untuk berlari-larian dalam permainan dengan teman-temannya. Saya berusaha menyapa anak-anak dengan penuh kasih sayang dan mengajak anak-anak untuk bernyanyi lagu-lagu perjuangan, yaitu ”Hari Merdeka” dengan tujuan untuk membangkitkan semangat mereka.
Pada saat pelajaran berlangsung, saya melakukan tanya jawab dengan anak-anak sebagai kegiatan apersepsi. Adapun pertanyaan yang saya ajukan seperti: bangsa mana saja yang pernah menjajah Indonesia? Ternyata hampir semua anak-anak mengacungkan jarinya, kemudian saya menunjuk salah satu anak untuk menjawabnya.
“Ayo, Dandi apa jawabnya, nak?” tanya saya.
“Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Jepang, Pak”, jawab Dandi.
“Benar sekali jawabanmu, nak”. Demikian kalimat penguatan dan penghargaan saya. Saya melanjutkan tanya jawab dengan siswa untuk menggiring menuju pokok permasalahan yang akan dibahas.
”Mengapa bangsa Indonesia demikian lama dijajah oleh Belanda?“ Pertanyaan saya lontarkan lagi kepada semua anak-anak. Seperti biasa, banyak anak yang mengangkat tangan.
”Vivi, coba kamu jelaskan!” Pinta saya kepada Vivi yang tengah berpikir keras.
“Karena bangsa kita bodoh. Banyak orang-orang yang tidak dapat sekolah, Pak“.
”Bagus sekali jawaban Vivi. Ada yang mau menambahkan?” pinta saya lagi.
“Saya Pak!”, celetuk Noval.
”Baiklah, apa jawabanmu Noval?”
“Karena Indonesia subur, banyak bahan tambang dan sumber alam lainnya”
”Benar, memang demikian keadaan bangsa kita. Lama sekali dijajah oleh bangsa lain”. Saya memberi penjelasan tambahan. Lalu, dengan semangat saya melanjutkan penguatan dengan menyampaikan bahwa pada saat dijajah memang tidak semua masyarakat dapat menempuh pendidikan seperti sekarang ini sehingga tidak banyak orang cerdik pandai.
Setelah itu saya memasuki pembelajaran pada kegiatan inti. Metode yang saya gunakan adalah ceramah (informasi) dan tanya jawab. Hal itu saya lakukan karena tidak semua siswa mempunyai buku, padahal mereka harus memiliki informasi awal sebelum melakukan diskusi. Saya menjelaskan peristiwa terjadinya proklamasi kemerdekaan mulai dari perumusan sampai dengan pelaksanaan proklamasi serta tokoh-tokoh yang berperan dalam merumuskan kemerdekaan. Ketika penjelasan saya selesai, saya bertanya kepada anak-anak.
“Anak-anak, siapa yang belum jelas bisa bertanya kepada Bapak guru. Ayo siapa yang mau bertanya?” Sejenak suasana terasa hening... Tidak satu siswa pun yang bertanya. Dalam pikiran saya, anak-anak pasti sudah mengerti atau sudah jelas.
Selanjutnya anak-anak saya minta untuk berkelompok dan berdiskusi dengan menggunakan LKS yang telah saya siapkan. Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Anak-anak banyak yang tidak paham terhadap tugas-tugas yang harus didiskusikan dengan menggunakan LKS. Saya mencoba menjajaki kesiapan kelompok A yang berada di sudut kanan depan kelas dengan menanyakan apakah mereka telah menyelesaikan salah satu tugasnya? Hasilnya, belum satu tugas pun yang mereka coba selesaikan.
”Mengapa belum dicoba dikerjakan, nak?” Tanya saya ingin segera tahu penyebabnya kepada Alvian.
”Belum mengerti, Pak”, jawab Alvian dengan jujur.
”Mengapa tadi sewaktu bu guru peserta tanya apakah kalian sudah mengerti atau belum malah diam saja? Dan ketika Pak guru memberi kesempatan bertanya kamu tidak bertanya?”
”Waktu tadi Pak guru menerangkan saya ngantuk Pak, karena saya bosan terus mendengar cerita bu guru peserta. Mau tanya, saya malu dan bingung tanya apa!” Inilah pengakuan polos seorang murid. Saya sedikit terkesima dan pada akhirnya merasa bahwa saya perlu merefleksi diri dari pembelajaran yang saya lakukan.
Selama pelajaran masih berlangsung, saya terus berfikir apakah kesalah-an besar yang saya lakukan pada pembelajaran hari ini. Saya terus bertanya dalam benak dan hati. Apakah metode ceramah yang saya gunakan menyebabkan anak mengantuk, mengobrol sendiri karena membosankan, sehingga anak-anak tidak bergairah pada saat belajar?
Saya masih tetap berkeliling mengamati pekerjaan anak-anak sambil merenung terus. Ternyata jam sudah menunjukkan waktu istirahat kedua hampir tiba. Langsung saya katakan kepada anak-anak bahwa waktu kurang 5 menit, tetapi banyak kelompok yang belum selesai mengerjakan tugas. Saya berfikir lagi, mungkin anak-anak yang tidak dapat mengerjakan tugas itu daya ingatnya kurang kuat, tidak mendengarkan penjelasan, atau sibuk berbicara sendiri. Hati saya terus bergejolak karena memikirkan kondisi ini.
Akhirnya bel tanda istirahat telah berbunyi. Walaupun saya merasa berat hati dan kurang puas dengan hasil pembelajaran pada saat ini, saya tetap memberikan penguatan kepada anak-anak hingga kesimpulan.
“Hari sabtu yang akan datang kita akan membahas masalah ini lagi dengan lebih mantap ya anak-anak.” Hibur saya sebelum mengakhiri pelajaran. Segera saya mengucapkan salam kepada anak-anak dan menyanyikan lagu ”Sayonara”.
Contoh Studi Kasus 4 (Matematika)

KETIKA PROSES MENGALI ATAU
MEMBAGI MENJADI FAKTOR PENENTU
Oleh: JAFAR
Menyajikan materi tentang pecahan dalam matematika selalu merupakan tantangan tersendiri bagi saya karena banyaknya operasi hitung yang melibatkan pecahan. Pagi ini saya kembali harus melanjutkan materi pokok tentang operasi hitung pecahan dengan indikator mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya. Setelah proses belajar mengajar berlangsung, saya mengharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah memberi salam, saya memimpin anak-anak untuk berdoa dengan khusyuk, berharap semoga proses pembelajaran mendapat ridha Allah. Kemudian, saya mengecek kehadiran siswa yang tidak hadir pada teman mereka. Saya memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu. Saya bertanya pada siswa, “Apa arti persen, siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%”.
Dari jawaban yang diberikan siswa saya mulai masuk kepada materi cara mengubah pecahan biasa menjadi persen. Saya membuat 5 buah contoh bilangan di papan tulis, yaitu 1/2, 3/4, 6/8, 2/5, dan 5/20. Satu per satu saya jelaskan proses pengerjaan bilangan itu. Saya memberikan dua macam contoh pengerjaan pada anak. Anak dapat memilih contoh mana yang dianggap paling mudah untuk diikuti.
Pengerjaan pertama adalah pecahan 1/2 , penyebutnya harus dijadikan 100. Saya tanyakan pada siswa, “Dua kali berapa supaya jadi seratus?”. Mereka menjawab, “lima puluh”. Saya tanyakan lagi, “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”?. Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak. Saya jelaskan pada siswa bahwa angka 50 itu hasil bagi dari bilangan 100 dengan angka 2. Selanjutnya, bila penyebutnya dikali 50, pembilangnya (bilangan 1) harus dikali 50 juga supaya pecahan itu tidak berubah nilainya. Jadi, pecahan 1/2 , bila dikalikan dengan 50/50 hasilnya sama dengan 50/100 , atau sama dengan 50%.
Cara yang kedua adalah bilangan 1/2 dikalikan dengan 100%. Hasilnya adalah 100/2 % atau sama dengan 50%. Saya lanjutkan lagi dengan angka 3/4 dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tulis seperti kosong. Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal pecahan 6/8 diubah menjadi persen. Langkah pertama yang harus diambil adalah angka 8 harus dijadikan 100 dengan cara 100:8. Anak tersebut tidak dapat melakukan pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhirnya si anak dapat menyelesaikan soal itu. Untuk contoh pecahan 2/5 dan 5/20 dengan mudah dapat mereka jawab. Jika penyebutnya 5, dikalikan 20 supaya penyebutnya jadi 100, dan pembilangnya (angka 2) juga dikalikan 20, sehingga 2/5 kali 20/20 menjadi 40/100, atau 40%. Sementara itu, untuk 5/20 penyebutnya dikali 5, begitu juga pembilangnya sehingga pecahan itu menjadi 25/100 atau 25%.
Untuk membuktikan 1/2= 50%, 3/4 =75%, 2/5 = 40%, dan 5/20 =25%, saya telah menyiapkan karton bergambar pecahan perseratusan dan kertas transparan dalam ukuran yang sama bergambar pecahan perdua, perempat, perlima, perdelapan, dan perduapuluhan. Saya tunjukkan beberapa siswa agar maju ke depan untuk menjadi model. Mereka menutup kertas transparan di atas karton sehingga tampak jelas bahwa 1/2 itu sama nilainya dengan 50/100 , ¾ sama nilainya dengan 7/100 , begitu juga dengan pecahan 6/8 , 2/5 dan 5/20 .Kemudian, saya adakan tanya jawab seputar materi. Dari jawaban yang saya peroleh, saya mendapat gambaran bahwa anak sudah mengerti. Saya bagikan anak dalam 4 kelompok kerja. Setelah mendapat lembar LKS, anak-anak mulai bekerja dengan tekun. Salah satu contoh LKS adalah ubahlah pecahan berikut menjadi persen dan pilih empat buah soal yang kamu anggap paling mudah untuk dikerjakan (1). 4/8 = ... %, (2). 12/24 = ...%, (3). 28/35 = .. %. (4). 17/20 = ...% dan (5). 1/5 = ... %.
Tujuan pembelajarannnya adalah agar anak dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan dalam bentuk persen. Untuk mengetahui bahwa tujuannya telah tercapai adalah dengan melihat hasil kerja kelompok dan siswa yang maju ke depan untuk menyelesaikan tugas di papan tulis. Setiap kelompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi bimbingan. Selalu saja saya temukan dalam tiap kelompok ada siswa yang kurang aktif dan cenderung santai.
Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisipasi dalam pembelajaran, jawaban mereka hampir seragam. Mereka mengatakan bahwa ketika saya masih sedang membagi atau mengalinya teman lain sudah dapat hasilnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana sehingga kamu tertinggal? “Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak. Oh, ternyata ini masalahnya.
Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang lain bisa menjadi faktor pemacu untuk menjadi lebih bersemangat dan belajar giat agar tidak merasa tertinggal dengan teman yang lain. Setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang berbeda-beda sehingga walaupun sudah dilatih menghafal perkalian berulang-ulang, pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat. Padahal, untuk anak yang lain, materi itu bisa jadi sangat gampang.
Selesai waktunya semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Setiap kelompok diwakili oleh seorang anggota yang mereka tunjuk untuk itu. Setelah presentasi berlangsung, tanpa menunda saya memberitahu nomor mana yang benar dan nomor mana yang masih perlu perbaikan. Alhamdulillah, hari ini proses pembelajaran berjalan dengan gembira dan anak-anak belajar dengan semangat. Saya memimpin anak-anak untuk membuat rangkuman materi yang telah dipelajari hari ini dalam bentuk catatan singkat, antara lain, untuk mengubah pecahan biasa dijadikan persen caranya adalah pecahan itu dikalikan dengan 100%. Selanjutnya, saya memberikan beberapa soal untuk PR. Kemudian, kami sama-sama menyanyikan lagu “Balonku” untuk penghilang penat. Saya tutup pelajaran hari ini dengan salam dan doa, serta pesan supaya anak-anak kembali harus belajar di rumah.
Masih terbayang di pelupuk mata saya wajah siswa yang kesulitan mengali dan membagi, apakah mereka bisa menyelesaikan tugas individual di rumah kalau sikapnya masih kurang aktif?



Contoh Studi Kasus 4 (Pembelajaran Tematik)

Dimana Letak Rumahku?
Oleh: Muhammad Jafar
SDN 39 Tabo-tabo adalah salah satu sekolah yang ada di pedesaan kurang lebih 20 km dari kota kabupaten. Pada awal tahun 2010 SDN 39 Tabo-tabo mulai menerapkan PAKEM yang menjadi pilot project UNESCO. Pada awal-awal melaksanakan PAKEM, saya sebagai guru kelas satu merasa terbebani karena dituntut harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran dan aktif serta menyenangkan, padahal kemampuan saya sangat terbatas. Biasanya saya mengajar hanya dengan buka buku halaman… kemudian memberikan perintah kepada para siswa, “Kerjakan!” Selain itu, menyalin tulisan saya yang ada di papan tulis. Sekarang dengan melaksanakan PAKEM yang sesungguhnya saya merasa senang karena murid saya menjadi aktif, kreatif dan merasa senang pada waktu belajar.
Saya ingat pengalaman saya mengajar sebelum melaksanakan PAKEM. Waktu itu saya mengajar mata pelajaran IPS di kelas satu. Sesuai dengan program semester dua yang sudah ada dari kantor Dinas, materi pelajaran tentang arah mata angin dengan Tujuan Insruksional Khusus mendeskripsikan letak rumah. Tujuan akhir pembelajaran adalah anak-anak dapat menyebutkan letak arah rumahnya dan membuat denah rumah.
Awalnya saya bingung memilih langkah dan metode yang cocok untuk materi ini karena pengetahuan dan pengalaman saya masih sangat terbatas. Walaupun demikian, saya tetap ingin mencoba dan mengajarkannya karena sudah terprogram. Sharing dengan teman guru kelas satu sudah saya lakukan. Di kegiatan KKG hal itu juga sudah dibahas oleh para guru. Mereka mengatakan bahwa pengenalan arah untuk kelas satu memang sulit. Saya mempunyai rencana untuk menjelaskan dulu kepada anak-anak dengan menggunakan gambar arah mata angin.
Tibalah jam pelajaran ke 3 dan 4 setelah istirahat. Dengan rasa senang saya masuk ke kelas satu sambil membawa gambar arah mata angin yang saya siapkan sebelumnya. Saya memulai kegiatan pembelajaran dengan ucapan, “Assalamualaikum!” Dengan serentak anak-anak menjawab, “Wa alaikum salam.” Saya kemudian menempel gambar arah mata angin dan tidak melihat anak-anak sambil mengatakan, ”Anak-anak, sekarang kita akan belajar tentang arah letak rumah, biar kita bisa mengetahui arah rumah kita dengan melihat denah, Sekarang lihat ke papan tulis. Pak Guru akan menjelaskan gambar yang ditempel Pak Guru.



Saya memberikan penjelasan gambar arah mata angin tersebut dengan suara yang nyaring. Situasi kelas menjadi sepi karena saya minta anak-anak untuk diam dengan tangan dilipat di atas bangku. Penjelasan saya mulai dengan mengatakan, “Anak–anak ini utara, barat, selatan, timur,” sambil menunjuk gambar. Setelah saya menerangkan, saya tanya kepada Rahayu, salah satu siswa yang tidak melihat ke papan dan tidak mendengarkan, dengan pertanyaan, “Yu, arah utara di mana?” Rahayu menjawab, “Itu di atas, Pak,” sambil menunjuk gambar yang ada di papan. Kemudian dengan rasa jengkel dan marah-marah saya bertanya lagi kepada Rahayu dengan ucapan, “Makanya lihat ke depan, dengarkan apa yang dikatakan Ibu. Coba kalau begitu arah timur di mana?” Rahayu menjawab, “Kanan.” Berkali-kali pertanyaan yang saya sampaikan belum dimengerti juga dan jawabnya tetap.
Saya jengkel. Akhirnya saya minta anak-anak untuk menyalin gambar arah mata angin selama sepuluh menit seperti yang ada di papan tulis. Yang sudah selesai saya beri nilai pada gambar yang telah dibuat. Sebelum istirahat saya memberi tugas kepada anak-anak untuk mengerjakan soal di buku IPS tentang denah rumah. Tiga puluh menit kemudian saya minta anak-anak mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan. Ternyata, 70% anak belum bisa mengerjakan dengan baik.
Pengalaman itu saya lakukan bertahun-tahun dan tetap belum menemukan strategi dan metode yang cocok agar berhasil. Hampir semua teman guru kelas satu saya tanya tentang cara mengajar. Ternyata mereka juga melakukan hal yang sama, seperti yang saya lakukan dan sebagian besar anak-anak juga disuruh menggambar arah mata angin.
Alhamdulilah, pada awal tahun 2010 saya mulai mencoba mengajar menggunakan strategi PAKEM. Saya melaksanakan pembelajaran juga sesuai dengan program yang sudah ada. Saya memanfaatkan sumber belajar pengalaman siswa dan lingkungan sekitarnya, tidak menggunakan buku paket.
Kegiatan pembelajaran saya awali dengan sapaan, “Halo”. Anak–anak menjawab, ”Hai” . “Assalamualaikum”. “Waalaikum salam,” sahut anak-anak. Kemudian saya menyampaikan, “Anak-anak kita akan belajar di halaman sambil bermain.” Jawab anak-anak, "HOREEEE….ASYIK”. Seorang anak bertanya, “Belajar apa, Pak?” Saya mengatakan, “Belajar IPS agar kita bisa mengetahui arah rumah kita dengan membaca gambar denah. Dan ingat di luar nanti tidak boleh lari-lari.”
Di halaman saya menggambar arah mata angin yang bisa dilihat oleh semua anak. Anak-anak saya minta untuk berdiri di dekat gambar menghadap ke utara sesuai dengan arah sebenarnya, sambil saya bertanya, ”Coba perhatikan, arah mana yang ditunjuk Pak Guru?” Dengan menggunakan bahasa sehari-hari (bahasa Jawa) anak-anak menjawab dengan serempak, ”Kulon, Pak.” “Bagus! Apa bahasa Indonesia kulon?” Anak-anak tidak ada yang bersuara. Saya pun mengatakan kepada mereka, “Laukang itu barat, kalau Iraja itu timur, sedangkan Timboro’ itu utara, dan Wara’ itu selatan.” Kemudian saya ajak anak-anak bermain dengan menunjukkan arah. Setelah itu, saya minta mereka untuk menggambar di buku masing-masing.
Selesai permainan tentang arah mata angin di luar kelas, saya mengajak anak-anak masuk ruang kelas. Di dalam kelas saya memulai bertanya kepada anak-anak, “Coba perhatikan, ini arah mana?” sambil saya menunjuk gambar. Semua siswa angkat tangan ingin menjawab, “Pak Guru saya, Pak Guru saya,” dengan suara yang keras di ruangan kelas. Saya menunjuk anak yang agak kurang kemampuannya untuk menjawab, ternyata anak tersebut bisa. Pertanyaan yang saya sampaikan ada beberapa. Setelah saya anggap anak-anak sudah paham tentang pertanyaan yang saya sampaikan, saya meminta kepada anak-anak untuk menggambar denah rumahnya, dan diberi keterangan.
Setelah menggambar denah rumah dan keterangannya selesai, saya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menceritakan secara bergiliran kepada teman sekelompoknya. Anak-anak semua aktif saling menceritakan hasil karyanya. Salah seorang anak mengatakan, “Pak! Kalau sudah diceritakan, hasilnya dipajang ya?” Saya menjawab, “Ya, silakan dipajang di papan pajangan yang sebelah utara.” Kemudian saya menanyakan, ”Melihat gambar kalian yang dipajang, kalau begitu arah utara di mana sekarang letaknya?” Dengan serempak anak-anak menjawab, “Di atas, Pak.” Sebelum pelajaran berakhir saya menyampaikan pemantapan bahwa dalam pelajaran IPS untuk menentukan letak arah mata angin ditunjukkan arah utara di atas, timur sebelah kanan, selatan di bawah, dan barat di sebelah kiri. Akhirya pelajaran saya tutup dengan memberi PR untuk mengerjakan buku IPS.

D. Kajian Pembelajaran (Identifikasi Aspek Kurikulum, Materi Ajar, Strategi)
Kajian pengajaran adalah kegiatan mencermati proses atau kegiatan belajar mengajar untuk menganalisis aspek-aspek kurikulum, penguatan materi ajar, dan praktik pembelajaran. Kajian pengajaran diharapkan membuka cakrawala guru terhadap proses belajar mengajar secara otentik dan dapat menganalisis suatu proses belajar mengajar secara kritis.
Pada tahap ini guru mengobservasi proses belajar mengajar dari 3 aspek, yaitu kurikulum (curriculum), materi ajar (subject matter), dan praktik mengajar (teaching practice).
a. Kurikulum: Apakah guru sudah memahami KTSP? Apakah guru sudah mengerti maksud Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Apakah guru sudah membuat silabus? Apakah guru sudah membuat RPP dengan benar? Apakah sudah membuat LKS? Sudah menyusun instrumen penilaian atau evaluasi? dst.
b. Materi ajar: Adakah kesalahan konsep yang disampaikan guru dalam topik tersebut? Apakah materi ajar disajikan secara urut ? Apakah materi ajar dapat dipahami dengan mudah oleh siswa? Apakah materi ajar cukup menarik perhatian siswa? dst.
c. Praktik mengajar: Apakah guru telah menggunakan pendekatan, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai untuk tingkat kemampuan berpikir siswa dan karakter materi ajar? Apakah guru sudah menerapkan PAKEM? Bagaimana pemanfaatan media belajar oleh guru? Apakah siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar? Apakah ada siswa yang tertinggal dalam proses belajar mengajar? Apakah guru sudah mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan tepat? Dst.
d. Hasil observasi kemudian dituliskan oleh guru dalam bentuk case study secara rinci. Laporan observasi tersebut dianalisis oleh guru sampai pada akhirnya guru dapat menyimpulkan masalah-masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar. Masalah-masalah itu perlu diseleksi dan diidentifikasi sebagai fokus dari langkah selanjutnya, yaitu penelitian tindakan kelas.
Cobalah menganalisis masalah pembelajaran dari beberapa contoh kasus yang telah disajikan sebelumnya ditinjau dari tiga aspek, yakni: kurikulum, materi ajar (subject matter), dan strategi pembelajaran (teaching practice). Anda boleh memilih 1 kasus selanjutnya hasil analisis masalah pembelajaran yang anda temikan tersebut dimasukkan dalam Tabel berikut:

Format Klasifikasi Masalah Pembelajaran dalam Tiga Aspek
Bidang Studi…………
No Masalah pembelajaran yang teridentifikasi Termasuk Aspek
Kurikulum Materi ajar Praktik Pengajaran





Simpulan/rangkuman tentang hasil kajian masalah pembelajaran saya adalah:
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………….

E. Menyusun Refleksi Diri Tentang Hasil Pembelajaran
Refleksi merupakan kegiatan telaah terhadap hasil pembelajaran, hasil analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari kasus yang ada, ditujukan untuk menetapkan atau mengevaluasi ketercapaian perbaikan pembelajaran.Hasil refleksi ini akan berguna jika guru telah akan membuat bagian dari sisi laporan PTK.
Tindak lanjut merupakan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan guru peserta setelah memperoleh simpulan dari interpretasi data dan refleksi.
1. Apabila hasil refleksi menunjukkan bahwa hasil pembelajaran belum berhasil seperti yang diharapkan, kegiatan perbaikan tindakan perlu dilakukan, dengan cara guru menentukan tindak lanjut yang tepat, guru peserta perlu mencari faktor-faktor yang diduga kuat sebagai penyebab kekurang-berhasilan perbaikan pembelajaran. Penyebab inilah yang harus digunakan sebagai dasar untuk merumuskan rencana perbaiakn pembelajaran.
2. Apabila hasil interpretasi dan refleksi diperoleh simpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu lebih mengoptimalkan hasil perbaikan, atau mengangggap kegiatan pembelajarannya telah berhasil.
Cobalah anda ingat kejadian pembelajaran anda kemudian temuan refleksi anda tuliskan dalam kolom berikut:
Contoh Hasil Deskripsi Temuan
Tujuan Perbaikan Deskripsi Temuan Refleksi Tindak lanjut
Meningkatkan keaktifan siswa melalui kerja kelompok. …………………………
…………………………
…………………………
………………………
………………………
………………………
……………………
……………………
……………………

Rencana tindak lanjut dari contoh hasil temuan refleksi diri tentang hasil belajar, yang bersumber dari studi kasus atau lesson study, maka perlu dituangkan dalam skenario pembelajaran dalam bentuk RPP dengan berbagai perangkatnya.

PENILAIAN PRODUK Pertemuan I
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Produk yang dapat dinilai adalah:
Case study tentang kajian pembelajaran berdasarkan pengalaman mengajar di kelas masing-masing, serta pemahaman konsep dan prinsip PTK, Lesson study, dan Case study yang dituangkan dalam Buku Kerja Guru (Jurnal)

Tagihan/Tugas Pertemuan Berikutnya:
Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
o Mengobservasi pembelajaran di sekolah/di kelasnya sendiri
o Menggunakan lembar observasi
o Menyusun Case Study o Mempelajari “konsep dan prinsip Lesson Study dan Case Study”
o Mempelajari sumber belajar tentang PTK

Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20...





























Pertemuan II



Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013
IDENTIFIKASI MASALAH

A. MENGIDENTIFIKASI MASALAH BERDASARKAN CASE STUDY
Case study dibutuhkan sebagai instrumen dalam rangka keperluan menyusun kemaMpuan guru mengidentifikasi, menganalisis masalah untuk PTK, dan kemampuan penyusunan kalimat rumusan masalah baik pada masa latihan dalam KKG maupun di luar KKG dalam rangka pengembangan kemampuan profesioanl guru, utamanya dalam hal menulis Penelitian Tindakan kelas masing-masing.
Sebagai langkah awal dalam menyusun PTK tentunya guru memliki persoalan atau masalah dalam pembelajaran. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah pembelajaran/pendidikan adalah harapan tentang kondisi pembelajaran yang berkualitas dengan mutu pembelajaran yang ada saat ini. Masalah adalah situasi yang tidak memuaskan/ganjalan pikiran dan perasaan yang mendorong peneliti untuk mencari solusi. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabnya melalui penelitian.
1. Bagaimana cara dapat menemukan masalah dalam pembelajaran?
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan cara merenungkan kembali atau melakukan refleksi terhadap kegiatan atau proses pembelajaran yang selama ini telah dilakukan oleh guru peserta yang dituangkan dalam CASE STUDY. Untuk membantu kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
a. Apakah kompetensi awal siswa untuk mengikuti pembelajaran cukup memadai?
b. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
c. Apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran?
d. Apakah sarana/prasana pembelajaran cukup memadai?
e. Apakah pemerolehan hasil pembelajaran cukup tinggi?
f. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
g. Apakah ada unsur inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran?
h. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inovatif tertentu?

Case Study Matematika

KETIKA PROSES MENGALI ATAU
MEMBAGI MENJADI FAKTOR PENENTU
Oleh: JAFAR
Menyajikan materi tentang pecahan dalam matematika selalu merupakan tantangan tersendiri bagi saya karena banyaknya operasi hitung yang melibatkan pecahan. Pagi ini saya di kelas yang menjadi tanggung jawab saya, yakni kelas V dan kembali harus melanjutkan materi pokok tentang operasi hitung pecahan dengan indikator mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya. Setelah proses belajar mengajar berlangsung, saya mengharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah memberi salam, saya memimpin anak-anak untuk berdoa dengan khusyuk, berharap semoga proses pembelajaran mendapat ridha Allah. Kemudian, saya mengecek kehadiran siswa yang tidak hadir pada teman mereka. Saya memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu. Saya bertanya pada siswa, “Apa arti persen, siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%”.
Dari jawaban yang diberikan siswa saya mulai masuk kepada materi cara mengubah pecahan biasa menjadi persen. Saya membuat 5 buah contoh bilangan di papan tulis, yaitu 1/2, 3/4, 6/8, 2/5, dan 5/20. Satu per satu saya jelaskan proses pengerjaan bilangan itu. Saya memberikan dua macam contoh pengerjaan pada anak. Anak dapat memilih contoh mana yang dianggap paling mudah untuk diikuti.
Pengerjaan pertama adalah pecahan 1/2 , penyebutnya harus dijadikan 100. Saya tanyakan pada siswa, “Dua kali berapa supaya jadi seratus?”. Mereka menjawab, “lima puluh”. Saya tanyakan lagi, “Bagaimana prosesnya sehingga muncul angka lima puluh”?. Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak. Saya jelaskan pada siswa bahwa angka 50 itu hasil bagi dari bilangan 100 dengan angka 2. Selanjutnya, bila penyebutnya dikali 50, pembilangnya (bilangan 1) harus dikali 50 juga supaya pecahan itu tidak berubah nilainya. Jadi, pecahan 1/2 , bila dikalikan dengan 50/50 hasilnya sama dengan 50/100 , atau sama dengan 50%.
Cara yang kedua adalah bilangan 1/2 dikalikan dengan 100%. Hasilnya adalah 100/2 % atau sama dengan 50%. Saya lanjutkan lagi dengan angka 3/4 dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tulis seperti kosong. Saya menyuruh siswa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal pecahan 6/8 diubah menjadi persen. Langkah pertama yang harus diambil adalah angka 8 harus dijadikan 100 dengan cara 100:8. Anak tersebut tidak dapat melakukan pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhirnya si anak dapat menyelesaikan soal itu. Untuk contoh pecahan 2/5 dan 5/20 dengan mudah dapat mereka jawab. Jika penyebutnya 5, dikalikan 20 supaya penyebutnya jadi 100, dan pembilangnya (angka 2) juga dikalikan 20, sehingga 2/5 kali 20/20 menjadi 40/100, atau 40%. Sementara itu, untuk 5/20 penyebutnya dikali 5, begitu juga pembilangnya sehingga pecahan itu menjadi 25/100 atau 25%.
Untuk membuktikan 1/2= 50%, 3/4 =75%, 2/5 = 40%, dan 5/20 =25%, saya telah menyiapkan karton bergambar pecahan perseratusan dan kertas transparan dalam ukuran yang sama bergambar pecahan perdua, perempat, perlima, perdelapan, dan perduapuluhan. Saya tunjukkan beberapa siswa agar maju ke depan untuk menjadi model. Mereka menutup kertas transparan di atas karton sehingga tampak jelas bahwa 1/2 itu sama nilainya dengan 50/100 , ¾ sama nilainya dengan 7/100 , begitu juga dengan pecahan 6/8, 2/5 dan 5/20 .Kemudian, saya adakan tanya jawab seputar materi. Dari jawaban yang saya peroleh, saya mendapat gambaran bahwa anak sudah mengerti. Saya bagikan anak dalam 4 kelompok kerja. Setelah mendapat lembar LKS, anak-anak mulai bekerja dengan tekun. Salah satu contoh LKS adalah ubahlah pecahan berikut menjadi persen dan pilih empat buah soal yang kamu anggap paling mudah untuk dikerjakan (1). 4/8 = ... %, (2). 12/24 = ...%, (3). 28/35 = .. %. (4). 17/20 = ...% dan (5). 1/5 = ... %.
Tujuan pembelajarannnya adalah agar anak dapat mengubah pecahan biasa menjadi pecahan dalam bentuk persen. Untuk mengetahui bahwa tujuannya telah tercapai adalah dengan melihat hasil kerja kelompok dan siswa yang maju ke depan untuk menyelesaikan tugas di papan tulis. Setiap kelompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi bimbingan. Selalu saja saya temukan dalam tiap kelompok ada siswa yang kurang aktif dan cenderung santai. Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisipasi dalam pembelajaran, jawaban mereka hampir seragam. Mereka mengatakan bahwa ketika saya masih sedang membagi atau mengalinya teman lain sudah dapat hasilnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana sehingga kamu tertinggal? “Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak. Oh, ternyata ini masalahnya. Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang lain bisa menjadi faktor pemacu untuk menjadi lebih bersemangat dan belajar giat agar tidak merasa tertinggal dengan teman yang lain. Setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang berbeda-beda sehingga walaupun sudah dilatih menghafal perkalian berulang-ulang, pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat. Padahal, untuk anak yang lain, materi itu bisa jadi sangat gampang. Selesai waktunya semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Setiap kelompok diwakili oleh seorang anggota yang mereka tunjuk untuk itu. Setelah presentasi berlangsung, tanpa menunda saya memberitahu nomor mana yang benar dan nomor mana yang masih perlu perbaikan.
Alhamdulillah, hari ini proses pembelajaran berjalan dengan gembira dan anak-anak belajar dengan semangat. Saya memimpin anak-anak untuk membuat rangkuman materi yang telah dipelajari hari ini dalam bentuk catatan singkat, antara lain, untuk mengubah pecahan biasa dijadikan persen caranya adalah pecahan itu dikalikan dengan 100%. Selanjutnya, saya memberikan beberapa soal untuk PR. Kemudian, kami sama-sama menyanyikan lagu “Balonku” untuk penghilang penat. Saya tutup pelajaran hari ini dengan salam dan doa, serta pesan supaya anak-anak kembali harus belajar di rumah. Masih terbayang di pelupuk mata saya wajah siswa yang kesulitan mengali dan membagi, apakah mereka bisa menyelesaikan tugas individual di rumah kalau sikapnya masih kurang aktif?

Berdasarkan case study di atas, mulailah menemukan masalah dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
a. Apa yang sedang dan sering terjadi di kelas saya?
b. Masalah-masalah apa yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut?
c. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
d. Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan atau tidak segera dicarikan solusi?

Berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap Case Study di atas, selanjutnya masalah dipetakan dalam bentuk klarifikasi menggunakan format sbb:

Format Klasifikasi Masalah Pembelajaran dalam Tiga Aspek
Bidang Studi…………
No Masalah pembelajaran yang teridentifikasi Aspek Msalah
Kurikulum Materi ajar Praktik Pengajaran
1 Ketika siswa masih sedang membagi atau mengali ternyata siswa lain sudah menemukan hasilnya - v v
2 Siswa yang kurang aktif dan cenderung santai. - v
3 Siswa tidak dapat membagi dan mengali - v
4 Faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya - v v
5 Setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang berbeda-beda - v

Masalah yang terpilih dalam klarifikasi tersebut di atas kemudian dianalisis. Analisis masalah dapat dilakukan dengan cara kembali merefleksi diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan yang telah dituangkan dalam Case Study untuk mencari kemungkinan penyebab munculnya masalah. Untuk mempertajam hasil analisis, upayakan menemukan bukti-bukti atau dokumen yang terkait dengan masalah tersebut.
Format untuk Analisi Masalah
Daftar masalah pembelajaran yang muncul di kelas Masalah pembelajaran yang akan dipilih untuk diperbaiki atau diangkat sebagai PTK Analisis Masalah (Kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya)
Ketika siswa masih sedang membagi atau mengali ternyata siswa lain sudah menemukan hasilnya - Penyebab:
ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya
Siswa yang kurang aktif dan cenderung santai. Siswa yang kurang aktif dan cenderung santai Solusi:
Memperbaiki pembelajaran dengan menerapkan Model pembelajaran JIG SAW
Siswa tidak dapat membagi dan mengali -
Faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya -
Setiap anak mempunyai tingkatan daya ingat yang berbeda-beda -

Analisis masalah selanjutnya diidentifikasi untuk menarik rumusan masalah dengan memperhatikan penyebab dan solusi yang telah ditemukan, menggunakan format sbb:
Format Hasil Identifikasi Masalah
Masalah Pembelajaran yang muncul di kelas Masalah pembelajaran yang akan di perbaiki. Analisis Masalah Rumusan Masalah
Siswa yang kurang aktif dan cenderung santai. Siswa yang kurang aktif dan cenderung santai Penyebab:
ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai dalam menyelesaikan tugasnya
Solusi:
Memperbaiki pembelajaran dengan menerapkan Model pembelajaran JIG SAW Apakah penerapan Model pembelajaran JIG SAW dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengali dan membagi pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 3 Sambung Jawa?
SELAMAT!., Karena pada tahap ini anda telah memperoleh kemampuan sbb:
1. Mengidentifikasi masalah dengan mengajukan rumusan masalah, sbb:
“Apakah penerapan Model pembelajaran JIG SAW dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengali dan membagi pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 3 Sambung Jawa?”.
atau:
“Apakah kemampuan siswa dalam mengali dan membagi dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran JIG SAW pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 3 Sambung Jawa?”.

CATATAN:Petunjuk untuk merumuskan masalah
a. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda.
b. Masalah penelitian dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
c. Rumusan masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Variabel bebas berupa tindakan, variabel terikat berupa hasil tindakan tersebut.
d. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik. Maksudnya, dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
e. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subjek dan/atau lokasi penelitian.
2. Dari rumusan masalah dapat diajukan Hipotesis PTK, sbb:
“Penerapan Model pembelajaran JIG SAW dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengali dan membagi pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 3 Sambung Jawa”.
CATATAN:Yang perlu dipertimbangkan secara cermat adalah:
a. Kemampuan guru peserta untuk melaksanakan rencana tindakan, dalam hal ini pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran tertentu, harus mumpuni.
b. Kesiapan siswa secara kemampuan akademik dan emosional baik.
c. Fasilitas untuk mendukung pelaksanaan rencana tindakan dalam pembelajaran tersebut juga harus dipenuhi.
d. Iklim akademik dan kebijakan di sekolah yang mendukung.
Sebagai contoh guru peserta ingin membawa siswa belajar di luar ruang kelas untuk memotivasi atau menggairahkan siswa dalam belajar, yakni di bawa ke Kebun Raya. Namun ternyata kebijakan kepala sekolah tidak mengijinkan karena faktor biaya dan keamanan. Maka guru peserta harus mengubah alternatif tersebut.
3. Mengajukan judul PTK, sbb:
Penerapan Model pembelajaran JIG SAW untuk meningkatkan kemampuan siswa mengali dan membagi pada pembelajaran Matematika di kelas V SDN 3 Sambung Jawa
B. MENGIDENTIFIKASI MASALAH BERDASARKAN LEMBAR OBSERVASI
Instrumen lain dalam mengidentifikasi masalah adalah guru mengadakan partner (kolaborasi) dengan teman sejawat dalam pembelajaran. Salah satu Instrumen tersebut adalah Lembar observasi, dengan maksud untuk mendapatkan gambar permasalah yang terjadi selama pembelajaran berlangsung dari sudut pandang orang lain (pengamat). Yang menjadi catatan bahwa tolok ukur dari lembar observasi adalah:
1. Berfokus pada aspek mengajar yang mempengaruhi proses belajar siswa;
2. Dapat mengidentifikasi hasil (outcome) pelajaran pada siswa yang berbeda di dalam kelas;
3. Dapat memberikan umpan balik yang berdasarkan pada bukti nyata kepada guru tentang bagian-bagian pengajaran yang berhasil/sukses dan kurang berhasil/kurang sukses,
4. Dilaksanakan tanpa mengganggu proses pembelajaran.
Adapun lembar observasi yang dapat digunakan dalam pembelajarn sbb:
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN
Model Belajar BERMUTU
Mata Pelajaran/Topik: /
Kelas/Sekolah: /
Nama Pengajar:
TAHAP/ASPEK INDIKATOR HASIL OBSERVASI
KEGIATAN AWAL
Apersepsi dan motivasi
1. Apa yang dilakukan guru untuk menggali pengetahuan awal atau memotivasi siswa?
2. Bagaimana respons siswa? Apakah siswa bertanya tentang sesuatu masalah terkait dengan apa yang disajikan guru pada kegiatan awal?
KEGIATAN INTI
Materi ajar:
3. Apakah guru memberikan penjelasan umum tentang bahan ajar atau prosedur kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa?
4. Bagaimana keterkaitan antara pembelajaran dengan realita kehidupan, lingkungan dan pengetahuan lainnya?

Pengelolaan sumber belajar/ media 5. Apakah guru terampil dalam memanfaatkan dan mampu memanipulasi media pembelajaran?
6. Bagaimana interaksi siswa dengan sumber belajar/media?

Strategi pembelajaran 7. Apakah proses pembelajaran dilaksanakan dengan strategi yang sesuai secara lancar?
8. Apakah siswa dapat mengikuti alur kegiatan belajar?
9. Bagaimana cara guru memberikan arahan yang mendorong siswa untuk bertanya, berpikir dan berkegiatan?
10.Apakah siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan mental (berpikir)? Berapa banyak siswa yang aktif belajar?
KEGIATAN PENUTUP
Penguatan/ konsolidasi 11. Bagaimana cara guru memberikan penguatan, dengan mereviu, merangkum atau menyimpulkan?
12. Apakah guru memberi tugas rumah untuk remidi atau penguatan?
Evaluasi 13. Bagaimana cara guru melakukan evaluasi pembelajaran?
14. Bagaimana ketuntasan belajar siswa?
KOMENTAR PENGAMAT Keterlaksanaan skenario pembelajaran (berdasarkan RPP):
Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat:
Lain-lain:
Selanjutnya hasil obesrvasi ditujukan untuk mengidentifikasi, menganalisis masalah menyusun kalimat rumusan masalah dengan menggunakan format-format dan tata kerja yang sama dengan Case Study pada pembahasan sebelumnya
Sebagai latihan,...mari mengidentifikasi dan menyusun rumusan masalah berdasarkan case study yang telah anda buat dengan mempertimbangan kerangka kerja di atas.

PENILAIAN PRODUK Pertemuan II
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai adalah:
1. Daftar masalah yang ditemukan pembelajaran.
2.Pemilihan masalah pembelajaran yang akan diangkat sebagai PTK dan telah dirumusan menjadi kalimat rumusan masalah.
3. Hasil analisis kritil artikel ilmiah.

Tagihan/Tugas:
Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
Melanjutkan perumusan kalimat rumusan masalah sesuai dengan masalah yang dipilih masing-masing berdasarkan Case study atau observasi pembelajaran sebagai Tagihan yang akan disetor pada panitia o Mempelajari ”indentifikasi dan analisis masalah dalam PTK” dari buku sumber
o Memikirkan rencana tindakan untuk penyelesaian masalahnya.

Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20..

Pertemuan III




Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013
PERENCANAAN TINDAKAN

A. Latihan Bersama Menyusun Rencana Tindakan Dan Instrumen
(Persiapan Open Class).
Pada pertemuan II kita telah mengtidentifikasi masalah. Rencana tindakan dimaksudkan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran sebelumnya yang dirasakan oleh anda selaku guru kurang berhasil atau menghadapi beberapa masalah (case study). Akibat adanya masalah tersebut menyebabkan tujuan pembelajaran kurang atau tidak tercapai. Perencanaan tindakan perbaikan dilakukan anda selaku guru dengan merinci langkah-langkah strategis apa yang akan dilakukan dalam rangka tindakan perbaikan bagi masalah yang telah dipilih, termasuk di dalamnya adalah anda selaku guru mempersiapkan rencana proses belajar mengajar perbaikan yang akan dilaksanakan dalam siklus penelitian tindakan kelas. Rencana proses belajar mengajar perbaikan seyogyanya menggambarkan perbedaan dari rencana PBM yang sekarang berjalan dan bermasalah, serta perbaikan yang diharapkan dapat dicapai. Anda selaku guru dapat menggunakan format RPP yang berlaku di sekolah masing-masing dalam mengembangkan rencana proses belajar mengajar.
Anda selaku guru selanjutnya perlu memikirkan rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki kualitas pembelajaran. Rencana perbaikan tersebut dituangkan ke dalam rencana tindakan. Prosedur yang ditempuh dalam perencanaan tindakan meliputi:
1. Memilih macam tindakan
2. Memformulasikan hipotesis tindakan (jika diperlukan)
3. Mempersiapkan tindakan, dan menentukan indikator keberhasilan tindakan.
Dalam memilih macam tindakan untuk mengatasi masalah yang dituangkan dalam skenario pembelajaran guru harus menggunakan landasan yang cukup, yakni dengan mempertimbangkan kajian teori/pustaka, hasil-hasil penelitian sejenis, atau dari pengalaman praktis guru.
Dalam rangka open kelas maka anda selaku guru perlu menyiapkan langkah-langkah rencana tindakan, menyusun skenario pembelajaran, menetapkan instrumen untuk pengambilan data. Penyusun rencana tindakan dilakukan dengan cara memikirkan dan menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk RPP berserta perangkat lainnya.

1. Rencana Tindakan
Berdasarkan pengalaman mengidentifkasi masalah dalam pertemuan II selanjutnya anda selaku guru menyusun rencana tindakan untuk rumusan masalah yang telah ditetapkannya oleh masing-masing peserta. Apa saja yang harus dilakukan anda selaku guru dalam menyusun rencana tindakan, perhatikan rambu-rambu di bawah ini:
Secara operasional hal-hal yang dilakukan anda selaku guru dalam menyusun rencana tindakan adalah:
a. Memilih topik atau bahan ajar yang akan disusun rencana pembelajarannya (sumsuan masalah pada case study)
b. Menuangkan rencana tindakan dalam skenario pembelajaran atau RPP.
c. Mempersiapkan sarana dan perangkat pembelajaran untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, seperti materi ajar, LKS (jika diperlukan), media, dan instrumen asesmen/penilaian.
d. Mempersiapkan instrumen yang dibutuhkan untuk pengambilan data dan teknik analisis atau kriteria keberhasilan tindakan.
Pada sesi ini anda selaku guru hanya diminta menyusun draf skenario pembelajaran (kegiatan Inti) dengan menerapkan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran tertentu yang sesuai untuk memecahkan masalah atau dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Sedangkan perangkat pembelajaran lainnya, seperti LKS, media, penilaian, dapat dilanjutkan di rumah sebagai tugas terstruktur.

2. Instrumen
Istrumen yang dimaksudkan dalam PTK model BERMUTU adalah alat yang digunakan oleh guru peserta atau observer untuk mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data kualitatif, yakni:


a. pengumpulan data melalui pengalamannya sendiri;
b. pengumpulan data melalui pertanyaan oleh peneliti, misalnya melalui wawancara, kuesioner, skala sikap, dan tes baku;
c. pengumpulan data melalui pembuatan atau pemanfaatan catatan, seperti: data arsip, jurnal, videotape, catatan lapangan, dll.

Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data berkaitan erat dengan evaluasi hasil belajar dan kriteria keberhasilan belajar yang ditetapkan. Dilihat dari sisi proses maka instrumen untuk pengambilan data PTK dapat dibedakan menjadi 3, yakni: Instrumen input, instrumen proses, dan instrumen output. Dilihat dari sisi hal yang diamati, ada tiga jenis instrumen, yakni:
1) Instrumen untuk mengamati guru peserta à terkait dengan keterlaksanaan tindakan atau bagaimana guru peserta melaksanakan pembelajaran sesuai sintaks atau tahapan yang direncanakan.
2) Instrumen pengamatan kelas à untuk merekam segala kejadian yang terjadi dalam pembelajaran.
3) Instrumen pengamatan siswa à untuk mengungkapkan berbagai aspek yang terkait dengan aktivitas atau proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa, baik secara indivisual atau kelompok.
Secara umum ada beberapa bentuk instrumen yang biasa digunakan, yakni: pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan tes. Selanjutnya anda selaku guru perlu menetapkan jenis instrumen yang sesuai permasalahan penelitian yang dipilih. Instrumen yang dipilih tentunya sesuai jenis data yang akan dibutuhkan (deskriptif kualitatif atau kuantitatif). Hasil penetapan instrumen dimasukkan dalam tabel berikut ini.
Rumusan masalah:
“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Sambung Jawa dalam mempelajari konsep Sistem Pernafasan Manusia?”
Data Instrumen Catatan
Keterlaksanaan skenario pembelajaran,
aktivitas kerja kelompok, kemampuan bertanya. Pedoman observasi Indikator atau item-item dalam instrumen disesuaikan dengan keperluan
Hasil belajar kognitif (pemahaman konsep/materi ajar) Tes
(objektif tes atau essai). Isi disesuaikan dengan materi ajar
Kepuasan siswa terhadap pelayanan guru dalam pembelajaran Kuesioner
(dengan berbagai jenis skala) Indikator disesuaikan dengan aspek yang akan dideskripsikan

Sebagai latihan, dapat disajikan model instrumen yang dapat anda kembangkan sendiri nantianya sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang anda angkat dalam PTK. Contoh sbb:

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Sambung Jawa dalam mempelajari konsep Sistem Pernafasan Manusia?”

Data yang diperlukan Keterlaksanaan skenario pembelajaran,
Instrumen Observasi : perilaku manusia, proses, dsb. Menggunakan Check List (  ).

Data yang diperlukan aktivitas kerja kelompok
Instrumen Observasi : perilaku manusia, proses, dsb. Menggunakan Check List (  ).

Data yang diperlukan kemampuan bertanya.
Instrumen Observasi : perilaku manusia, proses, dsb. Menggunakan Check List (  ).

Data yang diperlukan Hasil belajar kognitif (pemahaman konsep/materi ajar)
Instrumen Tes : inteligensi, prestasi, bakat, minat, dsb.

Data yang diperlukan :Kepuasan siswa terhadap aktifitas pembelajaran
Instrumen Angket (Kuisener): sikap, kebiasaan, kecemasan, motivasi, dsb.
Instrumen Wawancara : hal-hal yang lebih mendalam dari responden.

selanjutnya anda selaku guru peserta menyusun instrumen sesuai dengan rumusan masalah yang dipilih dan jenis data yang diharapkan. Khusus setelah mengamati aktivitas belajar dalam Open Class dan ”Lembar Observasi Pembelajaran” diadopsi dari kegiatan Lesson Study

PENILAIAN PRODUK Pertemuan III
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa Rencana Tindakan PTK yang berupa:
1. Skenario pembelajaran yang mencerminkan rencana tindakan.
2. Perangkat pembelajaran lain yang menyertai seperti: LKS, Instrumen Evaluasi, Rancangan Media pembelajaran.
3. Instrumen untuk pengambilan data penelitian.

Tagihan/Tugas:
Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
Melanjutkan penyusunan rencana tindakan dan instrumen dari masing-masing guru:
1) Menyempurnakan skenario dan perangkat pembelajaran.
2) Menyusun instrumen untuk pengambilan data.
3) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan di kelasnya. -Mempelajari ”penyusunan rencana tindakan” dari buku sumber
-Membaca buku-buku yang dirujuk dalam Daftar Sumber Belajar dan Daftar Pustaka.


Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20...



































Pertemuan IV



Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013
PELAAKSANAAN TINDAKAN

A. Persiapan Open Class Di Sekolah Tempat Kegiatan
(Penjelasan Skenario)
Untuk memperoleh dampak yang diharapkan, implementasi rencana tindakan di kelas dapat dilaksanakan setelah semua persiapan selesai. Pelaksanaan tindakan bisa jadi tidak hanya berupa satu kali pertemuan pembelajaran, mungkin dua atau tiga kali kegiatan pembelajaran. Hal ini tergantung pada topik yang diajarkan atau rencana pembelajaran yang disusun. Pada konteks belajar PTK model BERMUTU ini pelaksanaan tindakan akan dilakukan dalam bentuk modeling open class sebagaimana dalam kegiatan Lesson Study. Yakni salah satu guru peserta KKG menjadi guru model yang akan mengimplementasikan rencana pembelajaran (skenario) di kelasnya, sementara anggota KKG yang lain menjadi observer.
Tahap implementasi rencana tindakan merupakan bagian yang terpenting dari PTK, karena pada tahap inilah guru peneliti menerapkan rencana tindakan yang telah disusun dan akan dapat memperoleh data yang diperlukan. Data dapat diperoleh melalui observasi pelaksanaan pembelajaran atau dengan melakukan cara pengumpulan data yang lain, misal dengan menyebarkan kuesioner atau wawancara terhadap siswa, atau melalui tes hasil belajar. Berdasarkan data yang diperoleh guru peserta dapat mengevaluasi keberhasilan rencana tindakan atau dampak dari tindakan yang dilakukan guru.Skenario open Class sebagai berikut:
1. Open class adalah kegiatan melaksanakan pembelajaran untuk diamati oleh para observer (guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, widyaiswara, pimpinan dinas pendidikan, maupun masyarakat umum), yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diskusi refleksi. Istilah open class biasa digunakan dalam kegiatan Lesson Study, dan dapat dikatakan sebagai kegiatan inti dari Lesson Study.
2. Guru model: adalah guru peserta yang mendapat kesempatan untuk melaksanakan pembelajaran di sekolahnya dan diobservasi oleh peserta yang lain
3. Mempersilahkan guru model untuk menjelaskan skenario pembelajaran yang akan dijalankan dalam open class serta penggunaan instrumen-instrumen untuk observasi (5-10 menit). Hal ini penting agar observer dapat mengikuti alur pembelajaran dengan baik. Selain itu guru model juga menjelaskan tentang penggunaan instrumen untuk pengumpulan data yang telah dipilih, termasuk lembar observasi
4. Sedapat mungkin guru peserta dapat memperoleh foto kopi RPP dan perangkat yang lainnya (LKS, instrumen penilaian proses dan hasil belajar, dan lembar observasi). Guru Peserta dapat meminta penjelasan jika masih ada yang belum dipahami.
5. Guru model diharapkan telah memilih kelas dan mempersiapkannya untuk kegiatan open class. Persiapan yang dimaksud meliputi pengelolaan kelas, misalnya menyangkut pengaturan tempat duduk dengan disertai denah yang berisikan posisi dan nama siswa. Hal ini akan memudahkan bagi pengamat untuk mengidentifikasi nama-nama siswa yang menjadi fokus pengamatannya.
6. Penting disampaikan oleh guru model kepada siswa, bahwa dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan nanti akan ada beberapa guru pengamat. Disarankan kepada siswa agar mereka tidak perlu takut, grogi, atau berbuat yang aneh-aneh. Mereka harus belajar sebagaimana biasa. Jika ada kesulitan dalam belajar tidak perlu ditanyakan kepada pengamat, tetapi langsung pada guru yang mengajar.
7. Sebelum pembelajaran dimulai, sebaiknya guru model menjelaskan terlebih dahulu skenario pembelajaran yang akan di-open class-kan.
8. Selanjutnya, sebelum pembelajaran dimulai pemandu membacakan atau menjelaskan”Rambu-rambu Observasi”. Hal ini dilakukan agar guru peserta dapat mengikuti kegiatan observasi pembelajaran secara tertib dan memperoleh data secara akurat.

B. Melaksanakan Tindakan /Open Class Oleh Guru Model
(peserta yang lain mengobservasi)
Sebagaimana pembelajaran reguler yang biasa dilakukan, pada saat melaksanakan tindakan guru juga melakukan kegiatan belajar mengajar sebagaimana biasa, hanya dalam kesempatan ini diikuti oleh beberapa guru pengamat. Guru model diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana tindakan untuk perbaikan pembelajaran. Namun bukan berarti guru peserta harus secara ”kaku” melaksanakan langkah-langkah pembelajaran. Guru peserta dapat melakukan modifikasi yang dianggap sangat perlu untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran.
Selama pelaksanaan pembelajaran, para pengamat melakukan tugasnya untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan istrumen yang telah ditentukan. Pada observasi ini fokus pengamatan sudah dituangkan dalam lembar observasi. Namun diharapkan pengamat dapat membuat catatan anekdotal sebagai tambahan data yang dianggap perlu.
Para pengamat diharapkan mematuhi rambu-rambu sebagai observer yang baik, antara lain dengan tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran, seperti mengintervensi guru peserta atau siswa.Tujuan observasi pembelajaran adalah untuk memperoleh informasi, data, dan rekaman hal-hal penting dalam pembelajaran yang dapat dijadikan bahan untuk menemukan masalah PTK. Selain itu hasil observasi merupakan data bagi guru model/pengajar untuk dianalisis dan dijadikan bahan refleksi untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran. Berikut rambu-rambu observasi yang disarankan untuk dipatuhi.
1. Setelah memasuki ruangan kelas dengan tertib, semua observer hendaknya tidak lagi keluar masuk kelas, dan bersiap mengamati pembelajaran dengan menempatkan diri pada posisi yang paling tepat untuk mengamati siswa. Posisi yang tepat adalah di depan atau di samping siswa, sehingga observer dapat memperhatikan gerak-gerik dan raut wajah siswa ketika belajar.
2. Observer dapat berpindah posisi pengamatan jika perlu, misalnya mendekat ke siswa dalam kelompok, namun jangan sampai mengalihkan perhatian siswa dari belajar atau menghalangi pandangan siswa.
3. Pada awalnya, disarankan agar setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok atau beberapa siswa saja. Namun jika sudah merasa lebih mahir, observer dapat mengamati beberapa kelompok lain atau mengamati siswa dalam kelas secara keseluruhan.
4. Selain mengamati aktivitas belajar siswa, observer juga harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara proporsional. Jika pandangan semua pengamat mengarah pada guru, maka dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman atau “grogi” pada guru model.
5. Tidak membantu guru peserta dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS, menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru melakukan tugasnya secara mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun. Observer bukan bagian dari ”team teaching”.
6. Tidak membantu siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa atau bertanya sesuatu kepada siswa yang sedang belajar. Jika siswa bertanya kepada Anda (sebagai pengamat), katakan agar siswa bertanya langsung pada guru.
7. Tidak mengganggu pandangan guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati siswa dalam kelompok atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan siswa.
8. Tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar masuk ruangan, dll.
9. Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar (guru/siswa) lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu atau menghentikan konsentrasi belajar siswa.
10. Gunakan lembar pengamatan yang tersedia untuk mencatat hasil pengamatan Anda. Jika fenomena yang diamati tidak tercantum dalam bagian lembar observasi, pengamat dapat menambahkannya sebagai catatan tambahan.
11. Pengamat harus melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran.
12. Selain mengamati aktivitas siswa dalam belajar, pengamat juga perlu memperhatikan:
a. Teknik pengelolaan kelas yang dibuat oleh guru peserta.
b. Bagaimana guru peserta mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran?
c. Bagaimana guru peserta memanfaatkan media pembelajaran sederhana dari lingkungan?
d. Bagaimana upaya guru peserta membuat siswa lebih aktif dan kreatif?
e. Bagaiman guru peserta memberikan penguatan terhadap pemahaman yang diperoleh siswa?
13. Jika diperlukan, setelah pembelajaran berakhir pengamat kembali ke ruang pertemuan KKG, namun jika masih ada yang ingin melengkapi data tentang siswa dipersilahkan untuk melakukan wawancara kecil dengan beberapa siswa untuk mengklarifikasi beberapa hal yang dibutuhkan. Jika dianggap perlu, guru model memberikan angket singkat untuk diisi oleh siswa jika diperlukan.
Contoh Kegiatan Open Class





Keterangan:
Posisi pengamat ketika proses pembelajaran berlangsung. Para pengamat berada di sisi siswa agar dapat mendengar dan melihat siswa secara langsung
Mari Latihan Open Class
C. Diskusi Refleksi Berdasarkan Hasil Observasi
(Pleno, Dipimpin Guru Pemandu)
Diskusi refleksi dimaksudkan untuk membahas, mengklarifikasi, mencari alterantif solusi terhadap berbagai temuan pengamatan dalam pelasanaan pembelajaran. Hal ini tentunya sangat berguna untuk menemukan masalah pembelajaran, serta memverifikasi dan melengkapi data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dalam konteks pelaksanaan PTK.
Pada dasarnya forum refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi formal, artinya ada yang bertindak sebagai moderator yang mengatur jalannya diskusi, dan kalau perlu juga notulis. Agar diskusi dapat berjalan secara tertib, interaktif, dan efektif perlu diberikan rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam kegiatan refleksi.
1. Rambu-rambu Untuk Moderator
a. Setelah membuka sidang diskusi-refleksi, moderator memperkenalkan diri, guru model/pengajar, dan peserta atau observer.
b. Setelah itu moderator membacakan tata tertib refleksi (khususnya untuk pengalaman awal diskusi refleksi) antara lain:
1) Refleksi hendaknya terfokus pada proses belajar siswa, dan hindarkan penyampain kritik kepada guru model.
2) Masalah yang diungkapkan dalam komentar hendaknya masalah nyata berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, bukan permasalahan lain yang terjadi pada pembelajaran di tempat lain.
3) Masalah yang sudah disampaikan oleh pengamat sebelumnya tidak perlu diulang-ulang. Masalah yang disampaikan oleh pengamat terdahulu perlu dibahas untuk memperdalam kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya.
4) Moderator dapat mempersilahkan guru model untuk mengklarifikasi permasalahan yang disampaikan oleh pengamat setelah ada beberapa permasalahan yang dibahas.
5) Pada akhir refleksi akan disampaikan refleksi akhir oleh pakar (DCT, pakar pendidikan, dosen, widyaiswara, pengawas, atau pejabat Dinas Pendidikan)
2. Rambu-rambu Bagi Pengamat dalam Menyampaikan Komentar
a. Komentar yang disampaikan sebaiknya terfokus pada masalah proses belajar siswa, bukan hanya pada aktivitas guru dalam mengajar.
b. Apabila terkait dengan kinerja guru peserta, saran yang disampaikan sebaiknya dengan memperbanyak pujian positif dan sesedikit mungkin kritik negatif.
c. Komentar yang disampaikan harus berdasarkan data pengamatan saat observasi, buka bagaimana seharusnya berdasar keinginan pengamat. Artinya jauhkan dari komentar yang ”menggurui” guru model.
d. Gunakanlah nada yang lembut dan pilihan kata yang halus.
e. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari sifat “menggurui” atau menurut pandangannya sendiri
f. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar, kemukakan mengapa hal itu terjadi (ini merupakan interpretasi) dan bagaimana jalan keluarnya (ini merupakan saran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya).
g. Observer dapat juga menyampaikan pelajaran apa yang dapat dipetik dari kegiatan observasi pembelajaran tersebut.

3. Teknis Pelaksanaan Diskusi
a. Mempersilakan guru pengajar untuk melakukan refleksi diri terlebih dahulu. Refleksi diri dapat berupa perasaan sebelum, saat dan setelah mengajar, ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dirancang, kondisi-kondisi khusus yang terjadi beberapa siswa saat pembelajaran.
c. Mempersilahkan para pengamat menyampaikan komentar berdasarkan pada hasil pengamatannya secara bergantian.
d. Setelah satu orang menyampaikan komentarnya, moderator mempersilakan pengamatan lain atau juga moderator sendiri menyampaikan tanggapan terhadap komentar tersebut. Pendapat dari komentar yang lain dapat berupa fenomena yang sama apakah ditemukan yang bersangkutan, kemungkinan penyebab munculnya masalah, dan mungkin juga alternatif solusinya.
e. Setelah satu masalah tuntas didiskusikan, mederator mempersilakan pengamatan yang lain.
f. Setelah semua pengamat menyampaikan komentar, akhirnya moderator mempersilakan pakar untuk melakukan refleksi akhir.
g. Moderator tidak perlu membuat kesimpulan atau ringkasan dari diskusi refleksi, semua hasil diskusi diharpakn sudah terekam dalam catatan notulis.

Dengan demikian, pada dasarnya kegiatan open class (pembelajaran yang diobservasi) dan diskusi refleksi merupakan inti dari kegiatan Lesson Study. Melalui kegiatan ini guru akan dapat belajar banyak hal, membuka wawasan diri melalui ”sharing”, dan akhirnya termotivasi untuk terus meningkatkan kualitas pengajarannya. Inilah proses menuju guru profesional.
Selanjutnya Guru peserta melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing atau kelompok kecil tentang rencana perbaikan tindakan atau skenario pembelajaran dari masing-masing peserta yang dilaksanakan minggu berikutnya.

PENILAIAN PRODUK Pertemuan IV
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa Rencana Tindakan PTK yang berupa hasil pelaksanaan tindakan yang berupa:
1) Lembar observasi pembelajaran yang telah diisi berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran sebagai pelaksanaan tindakan (bisa dalam bentuk open class).
2) Data lain yang dihasilkan dari pelaksanaan tindakan.
3) Case study berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan (pembelajaran di kelas).
4) Catatan hasil diskusi refleksi setelah “open class” (jika pelaksanaan tindakan dilakukan dalam bentuk open class)


Tagihan/Tugas:
Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
o Melaksanakan pelaksanaan tindakan di sekolah masing-masing (disarankan berpasangan dengan peserta yang lain, agar dapat saling mengobservasi, atau meminta observer dari teman di sekolahnya).
o Menyusun Case Study
o Kompilasi data Mempelajari tentang ”pelaksanaan tindakan dalam PTK” dari buku sumber.

Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20...























Pertemuan V




Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013
ANALISIS DAN INTERPRETASI

A. PENGANTAR
Penelitian tindakan kelas merupakan metodologi yang berorientasi praksis (praktik). Pada analisis perhatian peneliti lebih pada pemahaman kasus atau situasi problematik daripada sampel untuk memprediksi.
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Sedangkan interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standart tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki. Pada proses analisis dibahas hal-hal seperti: apa yang terjadi? apa yang diharapkan terjadi? mengapa tidak terjadi seperti yang diharapkan? apa penyebabnya? tindakan apa yang harus dilakukan? Sedangkan dalam interpretasi dibahas bagaimana cara menemukan makna atau implikasi dari data yang diperoleh. Hasil interpretasi data digunakan untuk mengevaluasi proses dan hasil perbaikan pembelajaran
Analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang sangat penting yang harus dilakukan dalam PTK. Tanpa analisis dan interpretasi data, kita tidak akan dapat menarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan dalam perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu, para guru peserta harus mempunyai pemahaman dan keterampilan yang memadahi dalam menganalisis dan menginterpretasikan data yang diperoleh pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun jenis data dalam PTK sbb:
1. Data dalam PTK adalah segala bentuk informasi yang terkait dengan kondisi, proses, dan keterlaksanaan pembelajaran, serta hasil belajar yang diperoleh siswa.
2. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran
3. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

DATA KUANTITATIF:
a. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif.
b. Contoh data kuantitatif: skor tes awal Tina untuk mata pelajaran matematika= 65, berat badan Tini 47 kg, panjang meja tulis 150 cm.

DATA KUALITATIF:
a. Data kualitatif merupakan data yang berupa kalimat-kalimat, atau data yang dikategorikan berdasarkan kualitas objek yang diteliti, misalnya: baik, buruk, pandai, dan sebagainya.
b. Contoh data kualitatif: siswa berdiskusi secara aktif, perhatian siswa terhadap matapelajaran IPS rendah, dan rata-rata skor UAS semester ini naik.

B. TEKNIK ANALISIS DATA KUANTITATIF
1. Data kuantitif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana, seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor dari hasil angket, dst.
2. Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan cara: Menghitung jumlah,Menghitung rata-rata (rerata),Menghitung nilai persentase,Membuat grafik.
3. Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik, misalnya: Mengitung nilai beda terkecil,Menghitung nilai korelasi antar variabel,
Teknik analisis data kuantitatif secara deskriptif. Data kuantitatif yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan biasanya masih berupa data yang terserak (belum teratur) sehingga masih sulit untuk dibaca.

Contoh: skor hasil tes akhir semester matematika 40 siswa:
65 72 67 82 72 91 67 73 71 70
85 87 68 86 83 90 74 89 75 61
65 76 71 65 91 79 75 69 66 85
95 74 73 68 86 90 70 71 88 68

Agar mudah dibaca maka data tersebut perlu ditata, seperti disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Caranya adalah sebagai berikut.
a. Tentukan rentang skor yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah. Jadi rentang skor = 95-61= 34.
b. Tentukan banyak kelas yang akan digunakan. Untuk menghitung banyak kelas. Gunakan aturan Sturges dengan rumus: Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log.n
c. Untuk data tersebut, maka banyak kelas yang akan dibuat adalah:
k = 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 x 1,6021
= 6,88903 Banyak kelas yang harus dibuat 7.
d. Hitung panjang kelas interval dengan rumus:
rentang
Panjang kelas (p) = -----------------
banyak kelas
34
p = -------- = 4,86 , dibulatkan jadi 5
7
e. Tentukan data untuk ujung bawah kelas interval pertama. Data untuk ujung bawah kelas interval pertama dapat diambil dari skor terkecil dari data yang diperoleh dengan syarat bahwa skor terbesar harus masuk dalam kelas interval terakhir yang akan dibuat.
f. Masukkan semua skor ke dalam kelas interval yang terbentuk.
g. Hasil tabel frekuensi distribusi data hasil tes matematika tersebut adalah sebagai berikut.

Contoh Destribusi Hasil Tes Akhir Semester Matematika SD 3 Sambung Jawa Tahun 2010
Skor matematika Tally Banyak siswa
61 – 65
66 – 70
71 – 75
76 – 80
81 – 85
86 – 90
91 - 95 ////
///// ////
///// ///// /
//
////
///// //
/// 4
9
11
2
4
7
3
Jumlah ///// ///// ///// ///// ///// ///// ///// ///// 40


h. Gambarlah data distribusi dalam tabel tersebut ke dalam bentuk diagram batang. Caranya, dibuat dulu dua sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Sumbu datar memuat bilangan-bilangan yang merupakan titik tengah dari setiap kelas interval, sedangkan sumbu tegaknya memuat frekuensi dari setiap kelas interval. Dari data sebelumnya, dapat digambarkan grafik batang sebagai berikut.













Grafik 1. Hasil Tes Akhir Semester Matematika SD 3 sambung Jawa Tahun 2010

i. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata (mean) dan menghitung persentase. Menghitung skor rata-rata dapat dengan mudah dilakukan yaitu dengan cara menjumlahkan semua data kemudian dibagi dengan banyaknya data.Dengan menggunakan cara tersebut maka: Skor rata-rata tes akhir semester matematika =

65 + 72 + 67 + .... + 68
------------------------------- = 76,25
40
j. Jika data sudah berbentuk tabel frekuensi distribusi seperti pada tabel tally maka dapat menghitung nilai rata-ratanya dengan terlebih dulu mencari nilai tengah untuk setiap kelas interval. Kemudian kalikan setiap nilai tengah dengan frekuensi di kelas interval masing-masing. Jumlahkan perkalian antara nilai tengah dengan frekuensi untuk setiap kelas interval kemudian dibagi dengan jumlah data, sbb:

Rentang sekor, Nilai Tengah, dan Frekuensi Hasil Tes Matematika
SD 3 Sambung Jawa Tahun 2010
Skor matematika Nilai Tengah Banyak siswa
61 – 65
66 – 70
71 – 75
76 – 80
81 – 85
86 – 90
91 - 95 63
68
73
78
83
88
93 4
9
11
2
4
7
3
Jumlah 40

4x63 + 9x68 + 11x73 + 2x78 + 4x83 + 7x88 + 3x93
Nilai rata-ratanya = ---------------------------------------------------------------
40

252 + 612 + 803 + 156 + 332 + 616 + 279
= -----------------------------------------------------
40
= 76,25

Dengan menyajikan data kuantitatif dalam bentuk tabel atau grafik, dapat dengan mudah mendeskripsikan data yang diperoleh. Misal, dari data pada tabel rentang skor dapat dengan mudah menghitung persentase siswa yang memperoleh skor antara 71 – 77 yaitu:
11
= ----- x 100 % = 27,5 %.
40

C. TEKNIK ANALISIS DATA KUALITATIF
Ada berbagai teknik analisis data, seperti teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data seperti ini adalah sebagai berikut.
1. Memilih data (reduksi data); Pada langkah pemilihan data ini, pilihlah data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, guru peserta dapat menambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan.
2. Mendeskripsikan data hasil temuan (memaparkan data); Pada kegiatan ini, guru peserta membuat deskripsi dari langkah yang yang dilakukan pada kegiatan reduksi data
3. Menarik kesimpulan hasil deskripsi; Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat pada langkah 2 tersebut, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan.

Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan mencari ”pattern” atau pola (Guba dan Lincoln, 1981). Analisis dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan cara mencari pola atau esensi dari hasil refleksi diri yang dilakukan guru kemudian, digabung dengan data yang diperoleh dari beberapa pengamat yang membantu. Perhatikan contoh hasil refleksi dan analisis berikut ini






Skor matematika Nilai Tengah Banyak siswa
61 – 65
66 – 70
71 – 75
76 – 80
81 – 85
86 – 90
91 - 95 63
68
73
78
83
88
93 4
9
11
2
4
7
3
Jumlah 40

Berdasarkan hasil contoh analisis data kuantitatif di atas maka dapat dibuat interpretasi sebagai berikut.
a. Jika guru menetapkan ketuntasan belajar ≥ 71% maka jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 27 orang atau 68% siswa. Sebaliknya 32% siswa tidak tuntas belajar.
b. Jika dilihat dari nilai rata-rata kelas (76,25), maka nilai siswa secara klasikal tersebut ketuntasan belajar.
Catatan dalam menginterpretasi data
1) Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki.
2) Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik.
3) Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya.
4) Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan:
a) menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti,
b) mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait,
c) memperluas analisis dengan mengajukan pertayaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian, dan/atau meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan
Berlatih Menganalisis dan Menginterpretasi Data
No Siswa Hasil Tes Akhir IPS
1 A 6
2 B 7
3 C 5
4 D 6
5 E 7
6 F 6
7 G 7
8 H 6
9 I 5
10 J 6
11 K 5
12 L 5
13 M 5
14 N 4
15 O 6
16 P 7
17 Q 6
18 R 7
19 S 5
20 T 6
21 U 5
22 V 4
23 W 5
24 X 6
25 Y 5
26 Z 5
27 Aa 6
28 Ba 7
29 Ca 9
30 Da 6

PENILAIAN PRODUK Pertemuan V:
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa:
1. Hasil analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di kelas masing-masing.
2. Uraian hasil interpretasi data.



Tagihan/Tugas:
Setiap peserta berlatih melakukan analisis dan interpretasi data (berdasarkan data hasil pelaksanaan tindakan masing-masing di kelas)

Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
o Melanjutkan analisis data dan interpretasi
o Menuliskan hasil analisis dan interpretasi data Mempelajari tentang ”analisis dan interpretasi data” dari buku sumber.
Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20...'






























Pertemuan VI



Oleh: Muhammad Jafar,S.Pd
Distric Core Team (DCT) of Pangkep
BERMUTU 2010/2013

REFLEKSI DAN TINDAK LANJUT

A. Diskusi Tentang Hasil Analisis Dan Interpretasi Data Dari Masing-Masing Guru
(dari tugas terstruktur pertemuan ke-5 secara kelompok/berpasangan).
1. Guru dibagi dalam kelompok kecil 3–4 orang. Setiap kelompok diberi tugas untuk mendiskusikan hasil analisis dan interpretasi data masing-masing (dari tugas terstruktur pertemuan ke-5). Pada akhir kegiatan ini setiap guru peserta diharapkan sudah mempunyai hasil analisis dan interpretasi untuk data kelas masing-masing (25 menit).
2. Penjelaskan konsep refleksi dan tindak lanjut dalam PTK. Waktu: 35 menit.
B. Merefleksi Hasil Interpretasi Data
Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat kembali apakah rencana tindakan yang dilaksanakan dapat menghasilkan perbaikan pembelajaran sesuai dengan yang kita inginkan. Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.
Data atau informasi yang terkumpul perlu dianalisis, dicari kaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya atau dengan standar tertentu, untuk mengevaluasi keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Jika perbaikan pembelajaran belum berhasil sebagaimana yang diharapkan maka kita perlu menindaklanjuti dengan melakukan analisis untuk mencari penyebab ketidakberhasilan perbaikan pembelajaran.
Setelah menemukan akar permasalahan yang menjadi penyebab belum berhasilnya perbaikan pembelajaran, maka langkah selanjutnya adalah membuat rencana perbaikan pembelajaran untuk menghilangkan akar permasalahan tersebut pada siklus kedua. Namun, jika tindakan berhasil memperbaiki kualitas pembelajaran, maka bisa saja PTK dilanjutkan pada siklus berikutnya untuk lebih mengoptimalkan kualitas, atau PTK diakhiri dan hasil-hasilnya disusun menjadi laporan.
Tahap refleksi bukan merupakan tahap yang mudah bagi guru, khususnya guru yang belum terbiasa melakukan PTK. Pada tahap ini diperlukan kemampuan untuk berpikir analitik secara kritis, terhadap semua data, fakta dan fenomena yang terjadi, kemudian menghubungkannya dengan rumusan, tujuan, serta rencana tindakan sebagai alternatif solusinya. Artinya, diperlukan upaya merenung dan berpikir (nawa-nawa) secara serius dan mendalam, dengan mengingat tentang berbagai konsep, prinsip, pengalaman praktis yang terkait dengan pembelajaran yang telah dipertimbangkan dalam menyusun rencana tindakan. Hasil refleksi diungkapkan dalam bentuk narasi ilmiah.
Kegiatan refleksi dan tindak lanjut merupakan kegiatan terakhir dari satu siklus PTK. Pada kegiatan inilah guru akan dapat mengetahui berhasil tidaknya rencana tindakan yang dilaksanakan. Pada kegiatan refleksi ini pula guru baru dapat menentukan tindak lanjut yang harus dilakukan, yakni mengakhiri PTK atau melanjutkan ke siklus berikutnya, jika ternyata perbaikan pembelajaran yang dilakukan belum berhasil optimal. Oleh karena itu, para guru peserta harus mempunyai pemahaman dan keterampilan yang memadai dalam merefleksi serta memilih tindak lanjut yang tepat.
Jadi, dengan demikian Refleksi merupakan kegiatan telaah terhadap tujuan PTK, hasil analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pelaksanaan rencana tindakan, untuk menetapkan atau mengevaluasi ketercapaian tujuan perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi dituangkan kedalam narasi ilmiah, yang akan menjadi bagian dari sisi laporan PTK. Tindak lanjut merupakan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan guru peserta setelah memperoleh simpulan dari interpretasi data dan refleksi.
Apabila hasil refleksi menunjukkan bahwa tujuan perbaikan pembelajaran belum berhasil seperti yang diharapkan, kegiatan perbaikan tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk menentukan tindak lanjut yang tepat, guru peserta perlu mencari faktor-faktor yang diduga kuat sebagai penyebab kekurang-berhasilan perbaikan pembelajaran. Penyebab inilah yang harus digunakan sebagai dasar untuk merumuskan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Apabila hasil interpretasi dan refleksi diperoleh simpulan bahwa tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru peserta dapat melanjutkan ke siklus berikutnya untuk lebih mengoptimalkan hasil perbaikan, atau mengakhiri PTK dan menyusun laporan.
Rencana tindak lanjut untuk siklus berikutnya dituangkan dalam skenario pembelajaran dalam bentuk RPP dengan berbagai perangkatnya. Adapun Langkah-langkah melakukan refleksi, sbb:
1. Cermati tujuan dalam PTK dalam upaya memperbaiki pembelajaran yang diinginkan.
2. Cari penyebab keberhasilan atau kekurang-berhasilan dari analisis dan interpretasi.
3. Cermati uraian pada deskripsi temuan
4. Buat ringkasan naratif dari hasil refleksi tersebut tersebut.
Berdasarkan hasil refleksi rumuskan tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau meningkat kualitas pembelajaran. Langkah tindak lanjut meliputi:
a. Memilih atau menetapkan topik pembelajaran berikutnya,
b. Menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai,
c. Menyusun skenario pembelajaran (RPP),
d. Penyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan,
e. Menyusun atau memperbaiki instrumen untuk pengambilan data,
f. Menetapkan jadwal pelaksanaan tindakan,
g. Jika diperlukan dapat dilakukan simulasi atau ujicoba skenario dan perangkat.
C. Latihan Merefleksi Hasil Pelaksanaan Tindakan Berdasarkan Hasil Analisis Dan Interpretasi Data Serta Menyusun Rencana Tindakan Lanjut
Contoh Hasil Deskripsi Temuan :
Dari contoh tujuan perbaikan dan deskripsi temuan buatlah rumusan refleksi dan rencana tindak lanjutnya.
Tujuan Perbaikan Deskripsi Temuan Refleksi
(diisi oleh peserta untuk latihan) Tindak lanjut
(diisi oleh peserta untuk latihan)
Meningkatkan keaktifan siswa melalui kerja kelompok. Kerja kelompok berlangsung lancar, namun hanya tiga dari lima kelompok yang anggotanya aktif bertanya dan berpendapat. Untuk dua kelompok yang lain, hanya ketua kelompok dan sekretaris yang aktif bekerja, sedangkan anggota yang lain asyik ngobrol. Ini mungkin terjadi karena guru belum menerapkan strategi untuk mengaktifkan semua anggota kelompok.



PENILAIAN PRODUK Pertemuan VI
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru peserta dilakukan berdasarkan produk yang dihasilkan dari belajar tatap muka di KKG dan laporan tugas terstruktur. Hasil belajar yang ditagih/dinilai berupa:
1) Uraian hasil refleksi berdasarkan hasil analisis data.
2) Uraian rencana tindak lanjut berdasarkan hasil refleksi.
Tagihan/Tugas:
Tugas Peserta
Terstruktur Mandiri
Melanjutkan menuliskan hasil refleksi dan penyusunan rencana tindak lanjut dari data masing-masing. Mempelajari tentang ”refleksi dan tindak lanjut” dari buku sumber.
Sampai jumpa pada pertemuan berikutya: Hari,.........tanggal..................20...

1 komentar: